Makalah Kerajaan Kediri Terlengkap & Terbaru
Makalah Kerajaan Kediri Terlengkap & Terbaru ( Free Download Docoment ) |
MAKALAH SEJARAH INDONESIA
“ KERAJAAN KEDIRI”
Disusun Oleh :
Harvey Pratama Putra (22)
Kelas :
XI RPL 3
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TEKNOLOGI
INFORMASI (SMK TI)
BALI GLOBAL DENPASAR
2018 / 2019
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis
panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Adapun judul makalah yang
penulis ajukan adalah “KERAJAAN KEDIRI”
Penulisan makalah ini dimaksudkan
untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia. Dalam
mempersiapkan, menyusun, dan menyelesaikan makalah ini, penulis tidak lepas dari berbagai
kesulitan dan hambatan yang dihadapi.
Penulis menyadari bahwa di dalam
makalah ini masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan, untuk itu penulis
mengharapkan saran, kritik, serta masukannya yang bersifat membangun tentunya
demi perbaikan dan pengembangan di dalam menyusun makalah di masa mendatang.
Denpasar, Juli 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI
..........................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang............................................................................ 1
1.2 Rumusan
masalah....................................................................... 1
1.3 Tujuan......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Berdirinya Kerajaan
Kediri..................................... 2
2.2 Letak Kerajaan Kediri …………….…………………....... 3
2.3 Perkembangan Kerajaan
Kediri........................................... 4
2.4 Aspek Kehidupan Kerajaan
Kediri...................................... 4
2.5 Raja-raja yang pernah
memerintah...................................... 6
2.6 Sumber sejarah Kerajaan Kediri..........................................
8
2.7 Runtuhnya Kerajaan Kediri
................................................ 9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................. 13
3.2 Saran........................................................................................... 13
DAFTAR PUSAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kerajaan
Kediri merupakan salah satu Kerajaan Hindu yang terletak di tepi Sungai
Brantas, Jawa Timur. Kerajaan yang berdiri pada abad ke-12 ini merupakan bagian
dari Kerajaan Mataram Kuno. Raja pertamanya bernama Shri Jayawarsa Digjaya
Shastraprabu yang menamakan dirinya sebagai titisan Wisnu.
Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri
diawali dengan perintah Raja Airlangga yang membagi kerajaan menjadi dua
bagian, yakni Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) yang dibatasi dengan
Gunung Kawi dan Sungai Brantas. Tujuannya supaya tidak ada pertikaian. Kerajaan
Janggala atau Kahuripan terdiri atas Malang dan Delta Sungai Brantas dengan
pelabuhan Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, Ibu Kotanya Kahuripan. Sedangkan
Kerajaan Panjalu (Kediri) meliputi, Kediri, Madiun, dan Ibu Kotanya Daha.
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1
Bagaimana
Sejarah terbentuknya Kerajaan Kediri ?
1.2.2
Dimana
letak lokasi Kerajaan Kediri?
1.2.3
Bagaimana
perkembangan Kerajaan Kediri?
1.2.4
Bagaimana
aspek kehidupan Kerajaan Kediri?
1.2.5
Siapa
saja Raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Kediri?
1.2.6
Apa
saja sumber sejarah Kerajaan Kediri?
1.2.7
Apa
penyebab runtuhnya Kerajaan Kediri?
1.3 Tujuan
Adapun
tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Umum
:
o
Mengetahui
tentang berdiri Kerajaan Kediri
o
Mengetahui
sumber sejarah Kerajaan Kediri
o
Mengetahui
aspek kehidupan Kerajaan Kediri
o
Mengetahui
Raja-raja yang memerintah Kerajaan Kediri
o
Mengetahui
perkembangan Kerajaan Kediri
o
Mengetahui
sumber sejarah Kerajaan Kediri
o
Mengetahui
penyebab runtuhnya Kerajaan Kediri
2. Khusus
:
Untuk memenuhi tugas mata
pelajaran Sejarah Indonesia mengenai materi kelas XI tentang Kerajaan-Kerajaan
pada masa Hindu-Budha di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah Berdirinya Kerajaan
Kediri
Penemuan
Situs Tondowongso pada awal tahun 2007, yang diyakini sebagai peninggalan
Kerajaan Kadiri diharapkan dapat membantu memberikan lebih banyak informasi
tentang kerajaan tersebut. Beberapa arca kuno peninggalan Kerajaan Kediri. Arca
yang ditemukan di desa Gayam, Kediri itu tergolong langka karena untuk pertama
kalinya ditemukan patung Dewa Syiwa Catur Muka atau bermuka empat.
Pada
tahun 1041 atau 963 M Raja Airlangga memerintahkan membagi kerajaan menjadi dua
bagian. Pembagian kerajaan tersebut
dilakukan oleh seorang Brahmana yang terkenal akan kesaktiannya yaitu Mpu
Bharada. Kedua kerajaan tersebut dikenal dengan Kahuripan menjadi Jenggala
(Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) yang dibatasi oleh gunung Kawi dan sungai
Brantas dikisahkan dalam prasasti Mahaksubya (1289 M), kitab Negarakertagama
(1365 M), dan kitab Calon Arang (1540 M). Tujuan pembagian kerajaan menjadi dua
agar tidak terjadi pertikaian.
Kerajaan Jenggala meliputi daerah
Malang dan delta sungai Brantas dengan pelabuhannya Surabaya, Rembang, dan
Pasuruhan, ibu kotanya Kahuripan, sedangkan Panjalu kemudian dikenal dengan
nama Kediri meliputi Kediri, Madiun, dan ibu kotanya Daha. Berdasarkan
prasasti-prasasti yang ditemukan masing-masing kerajaan saling merasa berhak
atas seluruh tahta Airlangga sehingga terjadilah peperangan.
Pada akhir November 1042,
Airlangga terpaksa membelah wilayah kerajaannya karena kedua putranya bersaing
memperebutkan takhta. Putra yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan
barat bernama Panjalu yang berpusat di kota baru, yaitu Daha. Sedangkan putra
yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur bernama Janggala yang
berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan. Panjalu dapat dikuasai Jenggala dan
diabadikanlah nama Raja Mapanji Garasakan (1042 – 1052 M) dalam prasasti
Malenga. Ia tetap memakai lambang Kerajaan Airlangga, yaitu Garuda Mukha.
Pada awalnya perang saudara
tersebut, dimenangkan oleh Jenggala tetapi pada perkembangan selanjutnya
Panjalu/Kediri yang memenangkan peperangan dan menguasai seluruh tahta
Airlangga. Dengan demikian di Jawa Timur berdirilah kerajaan Kediri dimana
bukti-bukti yang menjelaskan kerajaan tersebut, selain ditemukannya
prasasti-prasasti juga melalui kitab-kitab sastra. Dan yang banyak menjelaskan
tentang kerajaan Kediri adalah hasil karya berupa kitab sastra. Hasil karya
sastra tersebut adalah kitab Kakawin Bharatayudha yang ditulis Mpu Sedah dan
Mpu Panuluh yang menceritakan tentang kemenangan Kediri/Panjalu atas Jenggala.
2.2
Letak Kerajaan Kediri
Letak Kerajaan Kediri terdapat di
Jawa Timur, berada di sebelah selatan sungai Brantas, Kerajaan ini berpusat di
kota Daha, yang terletak di sekitar kota Kediri sekarang.
2.3
Perkembangan Kerajaan Kediri
Dalam
perkembangannya Kerajaan Kediri yang beribukota Daha tumbuh menjadi besar,
sedangkan Kerajaan Jenggala semakin tenggelam. Diduga Kerajaan Jenggala
ditaklukkan oleh Kediri. Akan tetapi hilangnya jejak Jenggala mungkin juga
disebabkan oleh tidak adanya prasasti yang ditinggalkan atau belum ditemukannya
prasasti yang ditinggalkan Kerajaan Jenggala. Kejayaan Kerajaan Kediri sempat
jatuh ketika Raja Kertajaya (1185-1222) berselisih dengan golongan pendeta.
Keadaan ini dimanfaatkan oleh Akuwu Tumapel Tunggul Ametung.
Namun
kemudian kedudukannya direbut oleh Ken Arok. Diatas bekas Kerajaan Kediri
inilah Ken Arok kemudian mendirikan Kerajaan Singasari, dan Kediri berada di
bawah kekuasaan Singasari. Ketika Singasari berada di bawah pemerintahan
Kertanegara (1268 1292), terjadilah pergolakan di dalam kerajaan. Jayakatwang,
raja Kediri yang selama ini tunduk kepada Singasari bergabung dengan Bupati
Sumenep (Madura) untuk menjatuhkan Kertanegara. Akhirnya pada tahun 1292
Jayakatwang berhasil mengalahkan Kertanegara dan membangun kembali kejayaan
Kerajaan Kediri.
2.4
Aspek Kehidupan Kerajaan Kediri
Adapun kehidupan politik, agama,
ekonomi, sosial dan budaya pada masa Kerajaan Kediri adalah sebagai berikut :
a. Kehidupan
Politik
Raja pertama Kediri adalah
Samarawijaya. Selama menjadi Raja Kediri, Samarawijaya selalu berrselisih paham
dengan saudaranya, Mapanji Garasakan yag berkuasa di Jenggala. Keduanya merasa
berhak atas seluruh takhta Raja Airlangga (Kerajaan Medang Kamulan) yang
meliputi hampir seluruh wilayah Jawa Timur dan sebagian Jawa Tengah. Akhirnya
perselisihan tersebut menimbulkan perang saudara yang berlangsung hingga tahun
1052. Peperangan tersebut dimenangkan oleh Samarawijaya dan berhasil menaklukan
Jenggala.
Kerajaan Kediri mencapai puncak
kejayaannya pada masa pemerintahan Jayabaya. Saat itu wilayah kekuasaan Kediri
meliputi seluruh bekas wilayah Kerajaan Medang Kamulan. Selama menjadi Raja
Kediri, Jayabaya berhasil kembali
menaklukan Jenggala yanga sempat memberontak ingin memisahkan diri dari Kediri.
Keberhasilannya tersebut diberitakan dalam prasasti Hantang yang beraangka
tahun 1135. Prasasti ini memuat tulisan yang berbunyi Panjalu jayati yang
artinya Panjalu menang. Prasasti tersebut dikeluarkan sebagai piagam pengesahan
anugerah dari Jayabaya untuk penduduk Desa Hantang yang setia pada Kediri selam
perang melawan Jenggala.
Sebagai kemenangan atas Jenggala,
nama Jayabaya diabadikan dalam kitab Bharatayuda. Kitab ini merupakn kitab yang
digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Bharatayuda memuat kisah perang
perbutan takhta Hastinapura antara keluarga Pandhawa daan Kurawa. Sejarah
pertikaian anatar Panjalu dan Jenggala mirip dengan kisah tersebut sehingga
kitab Bharatayuda dianggap sebagai legitimasi (klaim) Jayabaya untuk memperkuat
kekuasaannya atas seluruh wilayah bekas Kerajaan Medang Kamulan.
Selain itu, untuk menunjukkan
kebesaran dan kewibawaan sebagai Raja Kediri, Jayabaya menyatakan dirinya
sebagai keturunan Airlangga dan titisan Dewa Wisnu. Selanjutnya ia mengenakan
lencana narasinga sebagai lambang Kerajaan Kediri. Pada masa pemerintahan
Ketajaya Kerajaan Kediri mulai mengalami kemunduran. Raja Kertajaya membuat
kebijakan yang tidak populer dengan mengurangi hak-hak brahmana. Kondisi ini
menyebabkan banyak brahmana yang mengungsi ke wilayah Tumapel yang dkuasai oleh
Ken Arok. Melihat kejadian ini Kertajaya memutuskan untuk menyerang Tumapel.
Akan tetapi pertempuran di Desa Ganter, pasukan Kediri mengalami kekalahan dan
Kertajaya terbunuh. Sejak saat itu Kerajaan Kediri berakhir dan kedudukannya
digantikan oleh Singasari.
b. Kehidupan
Agama
Masyarakat Kediri memiliki
kehidupan agama yang sangat religius. Mereka menganut ajaran agama Hindu Syiwa.
Hal ini terlihat dari berbagai peninggalan arkeolog yang ditemukan di wilayah
Kediri yakni berupa arca-arca di candi Gurah dan Candi Tondowongso. Arca-arca
tersebut menunjukkan latar belakang agama Hindu Syiwa. Para penganut agama
Hindu Syiwa menyembah Dewa Syiwa, karena merekaa mempercayai bahwa Dewa Syiwa
dapat menjelma menjadi Syiwa Maha Dewa (Maheswara), Dewa Maha Guru, dan Makala.
Salah satu pemujaan yang dilakukan pendeta adalah dengan mengucapkan mantra
yang disebut Mantra Catur Dasa Syiwa atau empat belas wujud Syiwa.
c. Kehidupan
Ekonomi
Perekonomian di Kediri bertumpu
pada sektor pertanian dan perdagangan. Sebagai kerajaan agraris, Kediri
memiliki lahan pertanian yang baik di sekitar Sungai Brantas. Pertanian
menghasilkan banyak beras dan menjadikannya komoditas utama perdagangan. Sektor
perdagangan Kediri dikembangkan melalui jalur pelayaran Sungai Brantas. Selain
beras, barang-barang yang diperdagangkan di Kediri antara lian emas, perak,
kayu cendana, rempah-rempah, dan pinang.
Pedagang Kediri memiliki peran
penting dalam perdagangan di wilyah Asia. Mereka memperkenalkan rempah-rempah
diperdagangan dunia. Mereka membawa rempah-rempah ke sejumlah Bandar di
Indonesia bagian barat, yaitu Sriwijay daan Ligor. Selanjutnya rempah-rempah
dibawa ke India, Teluk Persia, Luat Merah. Komoditas ini kemudian diangkut oleh
kapal-kapal Venesia menuju Eropa. Dengan demikian, melalui Kediri wilayah
Maluku mulai dikenal dalam lalu lintas perdagangan dunia.
d. Kehidupan
Sosial Budaya
Pada
masa pemerintahan Raja Jayabaya, struktur pemerintahan Kerajaan Kediri sudah
teratur. Berdasarkan kedudukannya dalam pemerintahan, masyarakat Kedri
dibedakan menjadi tiga golongan sebagai berikut :
1.
Golongan
masyarakat pusat (kerajaan), yaitu masyarakat yang terdapat dalam lingkungan
raja dan beberapa kaum kerabatnya serta kelompok pelayannya.
2.
Golongan
masyarakat thani (daerah), yaitu golongan masyarakat yang terdiri atas para
pejabat atau petugas pemerintahan di wilyah thani (daerah).
3.
Golongan
masyarakat nonpemerintah, yaitu golongan masyarakat yang tidak mempunyai kedudukan
dan hubungan dengan pemerintah secara resmi.
Kehidupan
budaya Kerajaan Kediri terutama dalam bidang sastra berkembang pesat. Pada masa
pemerintahan Jayabaya kitab Bharatayuda berhasil digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu
Panuluh. Selain itu Mpu Panuluh menulis kitab Hariwangsa dan Gatotkacasrayaa.
Selanjutnya pada masa pemerintahan Kameswara
muncul kitab Smaradhahana yang ditulis oleh Mpu Dharmaja serta kirab
Lubdaka dan Wertasancaya yang ditulis oleh Mpu Tanakung. Pada masa pemerintahan
Kertajaya terdapat Pujangga bernama Mpu Monaguna yang menulis kitab
Sumansantaka dan Mpu Triguna yang menulis kitab Kresnayana.
2.5
Raja-raja yang pernah memerintah
Kerajaan
Kediri yang termasyhur pernah diperintah 8 raja dari awal berdirinya sampai
masa keruntuhan kerajaan ini. Dari kedelapan raja yang pernah memerintah
kerajaan ini yang sanggup membawa Kerajaan Kediri kepada masa keemasan adalah
Prabu Jayabaya, yang sangat terkenal hingga saat ini. Adapun 8 raja Kediri
tersebut urutannya sebagai berikut :
1. Sri
Jayawarsa
Sejarah tentang raja Sri
Jayawarsa ini hanya dapat diketahui dari prasasti Sirah Keting (1104 M). Pada
masa pemerintahannya Jayawarsa memberikan hadiah kepada rakyat desa sebagai
tanda penghargaan, karena rakyat telah berjasa kepada raja. Dari prasasti itu
diketahui bahwa Raja Jayawarsa sangat besar perhatiannya terhadap masyarakat
dan berupaya meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
2. Sri
Bameswara
Raja Bameswara banyak
meninggalkan prasasti seperti yang ditemukan di daerah Tulung Agung dan
Kertosono. Prasasti seperti yang ditemukan itu lebih banyak memuat
masalah-masalah keagamaan, sehingga sangat baik diketahui keadaan
pemerintahannya.
3. Prabu
Jayabaya
Kerajaan Kediri mengalami masa
keemasan ketika diperintah oleh Prabu Jayabaya. Strategi kepemimpinan Prabu Jayabaya
dalam memakmurkan rakyatnya memang sangat mengagumkan. Kerajaan yang beribu
kota di Dahono Puro, bawah kaki Gunung
Kelud, ini tanahnya amat subur, sehingga segala macam tanaman tumbuh menghijau.
Hasil pertanian dan perkebunan
berlimpah ruah. Di tengah kota membelah aliran sungai Brantas. Airnya bening
dan banyak hidup aneka ragam ikan, sehingga makanan berprotein dan bergizi
selalu tercukupi.
Hasil bumi itu kemudian diangkut
ke kota Jenggala, dekat Surabaya, dengan naik perahu menelusuri sungai. Roda
perekonomian berjalan lancar, sehingga Kerajaan Kediri benar-benar dapat
disebut sebagai negara yang “Gemah Ripah Loh Jinawi Tata Tentrem Karta
Raharja”.
Prabu Jayabaya memerintah antara
tahun 1130 sampai 1157 Masehi. Dukungan spiritual dan material dari Prabu
Jayabaya dalam hal hukum dan pemerintahan tidak tanggung-tanggung. Sikap
merakyat dan visinya yang jauh ke depan menjadikan Prabu Jayabaya layak
dikenang sepanjang masa.
Jika rakyat kecil hingga saat ini
ingat kepada beliau, hal itu menunjukkan bahwa pada masanya berkuasa tindakan
beliau yang selalu bijaksana dan adil terhadap rakyat.
4. Sri
Sarwaswera
Sejarah tentang raja ini
didasarkan pada prasasti Padelegan II (1159) dan prasasti Kahyunan (1161).
Sebagai raja yang taat beragama dan berbudaya, Sri Sarwaswera memegang teguh
prinsip “tat wam asi”, yang berarti “dikaulah itu, dikaulah (semua) itu, semua
makhluk adalah engkau”.
Menurut Prabu Sri Sarwaswera,
tujuan hidup manusia yang terakhir adalah moksa, yaitu pemanunggalan jiwatma
dengan paramatma. Jalan yang benar adalah sesuatu yang menuju arah kesatuan,
sehingga segala sesuatu yang menghalangi kesatuan adalah tidak benar.
5. Sri
Aryeswara
Berdasarkan prasasti Angin
(1171), Sri Aryeswara adalah raja Kediri yang memerintah sekitar tahun 1171.
Nama gelar abhisekanya ialah Sri Maharaja Rake Hino Sri Aryeswara
Madhusudanawatara Arijamuka.
Tidak diketahui dengan pasti
kapan Sri Aryeswara naik tahta. peninggalan sejarahnya berupa prasasti Angin,
23 Maret 1171. Lambang Kerajaan Kediri pada saat itu Ganesha. Tidak diketahui
pula kapan pemerintahannya berakhir. Raja Kediri selanjutnya berdasarkan
prasasti Jaring adalah Sri Gandra.
6. Sri
Gandra
Masa pemerintahan Raja Sri Gandra
(1181 M) dapat diketahui dari prasasti Jaring, yaitu tentang penggunaan nama
hewan dalam kepangkatan seperti seperti nama gajah, kebo, dan tikus. Nama-nama
tersebut menunjukkan tinggi rendahnya pangkat seseorang dalam istana.
7. Sri
Kameswara
Masa pemerintahan Raja Sri Gandra
dapat diketahui dari Prasasti Ceker (1182) dan Kakawin Smaradhana. Pada masa
pemerintahannya dari tahun 1182 sampai 1185 Masehi, seni sastra mengalami
perkembangan sangat pesat, diantaranya Empu Dharmaja mengarang kitab
Smaradhana. Bahkan pada masa pemerintahannya juga dikeal cerita-cerita panji
seperti cerita Panji Semirang.
8. Sri
Kertajaya
Berdasarkan prasasti Galunggung
(1194), prasasti Kamulan (1194), prasasti Palah (1197), prasasti Wates Kulon
(1205), Nagarakretagama, dan Pararaton, pemerintahan Sri Kertajaya berlangsung
pada tahun 1190 hingga 1222 Masehi.
Raja Kertajaya juga dikenal
dengan sebutan “Dandang Gendis”. Selama masa pemerintahannya, kestabilan
kerajaan menurun. Hal ini disebabkan Kertajaya ingin mengurangi hak-hak kaum
Brahmana. Keadaan ini ditentang oleh kaum Brahmana. Kedudukan kaum Brahmana di
Kerajaan Kediri waktu itu semakin tidak aman. Kaum Brahmana banyak yang lari
dan minta bantuan ke Tumapel yang saat itu diperintah oleh Ken Arok.
Mengetahui hal ini Raja Kertajaya
kemudian mempersiapkan pasukan untuk menyerang Tumapel. Sementara itu Ken Arok
dengan dukungan kaum Brahmana melakukan serangan ke Kerajaan Kediri. Kedua
pasukan itu bertemu di dekat Ganter (1222 M)
2.6
Sumber sejarah Kerajaan Kediri
Adapun
sumber sejarah Kerajaan Kediri berasal dari beberapa prasasti dan berita asing
sebagai berikut :
1.
Prasasti
Sirah Keting (1104 M), yang memuat tentang pemberian hadiah tanah kepada rakyat
desa oleh Raja Jayawarsa.
2.
Prasasti
yang ditemukan di Tulungagung dan Kertosono, yang berisi masalah keagamaan,
diperkirakan berasal dari Raja Bameswara tahun 1117 – 1130 M.
3.
Prasasti
Ngantang (1135 M), yang menyebutkan tentang Raja Jayabaya yang memberikan
hadiah kepada rakyat Desa Ngantang sebidang tanah perdikan yang bebas dari
pajak. Baca selengkapnya di Siapa sosok Prabu Jayabaya?
4.
Prasasti
Jaring (1181 M) dari Raja Gandra yang memuat tentang sejumlah nama hewan,
seperti kebo waruga dan tikus finada.
5.
Prasasti
Kamulan (1194 M), yang menyatakan bahwa pada masa pemerintahan Raja Kertajaya,
Kerajaan Kediri telah berhasil mengalahkan musuh yang memusuhi istana di
Katang-katang.
6.
Berita
Asing
Berita asing tentang Kerajaan
kediri sebagian besar diperoleh dari berita Cina. Berita Cina ini merupakan
kumpulan cerita dari para pedagang Cina yang melakukan kegiatan perdagangan di
Kerajaan Kediri, seperti Chu Fan Chi karangan Chu Ju Kua (1220 M).
Buku ini banyak mengambil cerita
dari buku Ling Wai Tai Ta (1778 M) karangan Chu Ik Fei. Kedua buku tersebut
menerangkan keadaan Kerajaan Kediri pada abad ke-12 dan 13 Masehi.
2.7
Runtuhnya Kerajaan Kediri
Kertajaya
adalah raja terakhir kerajaan Kediri. Ia memakai lencana Garuda Mukha seperti
Ria Airlangga, sayangnya ia kurang bijaksana, sehingga tidak disukai oleh
rakyat terutama kaum Brahmana. Dalam masa pemerintahannya, terjadi pertentangan
antara dirinya dan para Brahmana hal inilah akhirnya menjadi penyebab
berakhirnya Kerajaan Kediri.
Pertentangan
itu disebabkan Kertajaya dianggap telah melanggar adat dan memaksa kaum
brahmana menyembahnya sebagai Dewa. Para Brahmana kemudian meminta perlindungan
pada Ken Arok di Singosari. Kebetulan Ken Arok juga berkeinginan memerdekakan
Tumapel (Singosari) yang dulunya merupakan bawahan Kediri. Tahun 1222 pecahlah
pertempuran antara prajurit Kertajaya dan pasukan Ken Arok di desa Ganter. Dalam peperangan ini, pasukan
Ken Arok berhasil menghancurkan prajurit Kertajaya. Dengan demikian berakhirlah
masa Kerajaan Kediri, yang sejak saat itu menjadi bawahan Kerajaan Singosari.
Runtuhnya kerajan Panjalu-Kediri pada masa pemerintahan Kertajaya dikisahkan
dalam Kitab Pararaton dan Kitab Negarakertagama.
Setelah
Ken Arok mengangkat Kertajaya, Kediri menjadi suatu wilayah dibawah kekuasaan
Kerajaan Singosari. Ken Arok mengangkat Jayasabha, putra Kertajaya sebagai
Bupati Kediri. Tahun 1258 Jayasabha digantikan putranya yang bernama
Sastrajaya. Pada tahun 1271 Sastrajaya digantikan oleh putranya , yaitu
Jayakatwang. Tahun 1292 Jayakatwang menjadi bupati geleng-geleng. Selama
menjadi bupati, Jayakatwang memberontak terhadap Singosari yang dipimpin oleh
Kertanegara, karena dendam di masa lalu dimana leluhurnya yaitu Kertajaya
dikalahkan oleh Ken Arok. Setelah berhasil membunuh Kertanegara, Jayakatwang
membangun kembali Kerajaan Kediri, namun hanya bertahan satu tahun. Hal itu
terjadi karena adanya serangan gabungan yang dilancarkan oleh pasukan Mongol
dan pasukan menantu Kertanegara, Raden Wijaya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut
sumber yang kami peroleh tentang Kerajaan Kediri maka dapat kami ambil simpulan
bahwa Kerajaan Kediri merupakan salah satu kerajaan Hindu yang terletak di tepi
Sungai Brantas, Jawa Timur. Kerajaan yang berdiri pada abad ke-12 ini merupakan
bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Raja pertamanya bernama Shri Jayawarsa
Digjaya Shastraprabu yang menamakan dirinya sebagai titisan Wisnu.
Kertajaya
adalah raja terakhir kerajaan Kediri. Ia memakai lencana Garuda Mukha seperti
Ria Airlangga, sayangnya ia kurang bijaksana, sehingga tidak disukai oleh
rakyat terutama kaum Brahmana. Dalam masa pemerintahannya, terjadi pertentangan
antara dirinya dan para Brahmana hal inilah akhirnya menjadi penyebab berakhirnya
Kerajaan Kediri.
3.2 Saran
Dengan adanya tugas
Sejarah Indonesia membuat makalah mengenai Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia, maka kita diharapkan lebih
mengetahui tentang sejarah kerajaan-kerajaan di Indonesia salah satunya
Kerajaan Kediri.
Menurut Ir.
Soekarno beliau berkata “JASMERAH” Jangan Lupakan Sejarah, maka kita penerima
warisan (sejarah) hendaknya lebih giat lagi mencari pengetahuan mengenai
sejarah-sejarah masa lampau. Contoh kecil adalah mencari peristiwa apa saja
yang terjadi sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian kita
akan menambah rasa patriotisme (cinta tanah air) yang sebagai pemuda-pemudi
bangsa sangat penting memiliki jiwa tanah air, guna membangun bangsa yang lebih
baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
0 Response to "Makalah Kerajaan Kediri Terlengkap & Terbaru ( Free Download Docoment )"
Post a Comment