Menguasai Penulisan Kata
Kata Dasar, Kata Turunan dan Gabungan Kata
Menguasai Penulisan Kata: Kata Dasar, Kata Turunan dan Gabungan Kata |
Penulisan Kata
A. Kata Dasar
1. Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Saya percaya bahwa engkau pasti bisa.
Kantor Pos penuh sesak.
Kamus itu sangat tebal.
2. Dua kata dasar ditulis terpisah.
Misalnya:
tanda tangan, tanggung jawab, kerja sama, garis bawah.
B. Kata Turunan
1. A ks/imbuhan (awalan, sisipan, dan akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan dan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata dengan kata langsung yang mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya:
3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat kon ks maka ditulis serangkai.
Misalnya:
4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
Catatan:
1. Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung.
Misalnya:
2. Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.
Misalnya:
1. A ks/imbuhan (awalan, sisipan, dan akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
bergetar, belajar, kerudung, dikelola, menengok, menulis, kesatu, makanan, tunjuki, jembatani, taklukkan, dst.
2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan dan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata dengan kata langsung yang mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya:
bertepuk tangan, garis bawahi, sebar luaskan, menganak sungai.
3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat kon ks maka ditulis serangkai.
Misalnya:
Menggarisbawahi, penghancurleburan, menyebarluaskan, dilipatgandakan, pertanggungjawaban.
4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
antarkota, adipati, aerodinamika, anumerta, audiogram, awahama, biokimia, caturtunggal, dasawarsa, dekameter, demoralisasi, dwiwarna, ekawarna, ekstrakurikuler, elektronik, infrastruktur, introspeksi, kolonialisme, kosponsor, mahasiswa, multilateral, mancanegara, multilateral, narapidana, nonkolaborasi, pascasarjana, pascatsunami, Pancasila, panteisme, paripurna, poligami, pramuniaga, prasangka, purnawirawan, reinkarnasi, saptakrida, semiprofessional, subseksi, swadaya, telefon, transmigrasi, tritunggal, dan ultramodern.
Catatan:
1. Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung.
Misalnya:
non-Indonesia, pan-Afrikanisme.
2. Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.
Misalnya:
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita. Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih
C. Gabungan Kata
1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya:
2. Istilah khusus yang mungkin menimbulkan salah pengertian, digabung dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
3. Gabungan kata berikut sudah lazim ditulis serangkai:
Misalnya:
D. Kata Serapan
Kata serapan merupakan kata-kata atau istilah yang diambil dari bahasa asing. Syarat sebuah kata atau istilah asing bisa diserap, yaitu cocok konotasinya, lebih singkat dibandingkan dengan terjemahan Indonesianya, dan dapat mempermudah tercapainya kesepakatan jika istilah Indonesia terlalu banyak sinonimnya.
Penulisan kata serapan dilakukan dengan cara adopsi, adaptasi, translasi, dan kreasi.
1. Adopsi
Adopsi yaitu penyerapan dengan mengambil bentuk dan makna kata asing itu secara keseluruhan.
Contoh : lm, modern, global, supermarket, plaza, mall, dll.
2. Adaptasi
Adaptasi yaitu penyerapan dengan mengambil makna kata asing itu, sedangkan ejaan atau penulisannya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia.
1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya:
kambing hitam, duta besar, mata pelajaran, kereta api cepat luar biasa, model linear, meja tulis, orang tua, persegi panjang, rumah sakit umum, simpang empat.
2. Istilah khusus yang mungkin menimbulkan salah pengertian, digabung dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
Alat pandang-dengar, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, ibu-bapak kami, anak-istri saya, watt-jam, orang tua-muda.
3. Gabungan kata berikut sudah lazim ditulis serangkai:
Misalnya:
acapkali, adakalanya, daripada, akhirulkalam, alhamdulillah, astag rullah, bismillah, bagaimana, barangkali, beasiswa, belasungkawa, bilamana, bumiputra, darmabakti, darmasiswa, darmawisata, dukacita, halalbihalal, kasatmata, kacamata, kilometer, manasuka, hulubalang, mangkubumi, manakala, mangkubumi, matahari, olahraga, padahal, paramasastra, peribahasa, puspawarna, radioaktif, saptamarga, saputangan, saripati, sebagaimana, sediakala, segitiga, sekalipun, silaturahmi, sukacita, sukarela, sukaria, syahbandar, titimangsa, dan wasalam.
D. Kata Serapan
Kata serapan merupakan kata-kata atau istilah yang diambil dari bahasa asing. Syarat sebuah kata atau istilah asing bisa diserap, yaitu cocok konotasinya, lebih singkat dibandingkan dengan terjemahan Indonesianya, dan dapat mempermudah tercapainya kesepakatan jika istilah Indonesia terlalu banyak sinonimnya.
Penulisan kata serapan dilakukan dengan cara adopsi, adaptasi, translasi, dan kreasi.
1. Adopsi
Adopsi yaitu penyerapan dengan mengambil bentuk dan makna kata asing itu secara keseluruhan.
Contoh : lm, modern, global, supermarket, plaza, mall, dll.
2. Adaptasi
Adaptasi yaitu penyerapan dengan mengambil makna kata asing itu, sedangkan ejaan atau penulisannya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia.
Contoh:
Pluralization – pluralisasi, acceptability – akseptabilitas, active– aktif, activity– aktivitas, dsb.
3. Translasi
Translasi (penterjemahan) yaitu penyerapan dengan mengambil konsep yang terkandung dalam bahasa asing itu kemudian kata tersebut dicari padanannya dalam bahasa Indonesia.
Contoh:
Overlap - tumpang tindih, try out- uji coba, take o – lepas landas, landing – mendarat, up to date – mutakhir, nonfat – tanpa lemak, dsb.
4. Kreasi
Kreasi yaitu penyerapan dengan mengambil konsep dasar yang ada dalam bahasa Indonesia. Cara ini mirip dengan cara translasi, tetapi memiliki perbedaan. Cara kreasi tidak menuntut bentuk sik yang mirip seperti translasi. Boleh saja kata yang ada dalam bahasa aslinya ditulis dalam satu kata, sedangkan bahasa Indonesianya bisa dua atau tiga kata.
Contoh: e ective – berhasil guna, spare part – suku cadang.
Demikianlah artikel tentang Menguasai Penulisan Kata Kata Dasar, Kata Turunan dan Gabungan Kata yang saya buat semoga bermanfaat bagi orang yang membacanya dan menambah wawasan bagi orang yang membaca artikel ini. Dan saya mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan kata dan kalimat yang tidak jelas, mengerti, dan lugas mohon jangan dimasukan ke dalam hati.
Jangan lupa tinggalkan komentar - komentar yang positif serta saran & kritikan agar membangun blog ini lebih baik kedepannya. Sekian penutup dari saya semoga berkenan di hati dan saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
0 Response to "Menguasai Penulisan Kata: Kata Dasar, Kata Turunan dan Gabungan Kata"
Post a Comment