Makalah Kerajaan Banjar Terlengkap & Terbaru
Makalah Kerajaan Banjar Terlengkap & Terbaru ( Free Download Document ) |
MAKALAH SEJARAH INDONESIA
“ KERAJAAN BANJAR”
Disusun Oleh :
Harvey Pratama Putra (22)
Kelas :
XI RPL 3
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TEKNOLOGI
INFORMASI (SMK TI)
BALI GLOBAL DENPASAR
2018 / 2019
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis
panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Adapun judul makalah yang
penulis ajukan adalah “KERAJAAN BANJAR”
Penulisan makalah ini
dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia. Dalam
mempersiapkan, menyusun, dan menyelesaikan makalah ini, penulis tidak lepas dari berbagai
kesulitan dan hambatan yang dihadapi.
Penulis menyadari bahwa
di dalam makalah ini masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan, untuk itu
penulis mengharapkan saran, kritik, serta masukannya yang bersifat membangun
tentunya demi perbaikan dan pengembangan di dalam menyusun makalah di masa
mendatang.
Denpasar, Juli 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
1.2
Rumusan
masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Berdirinya Kerajaan Banjar
2.2
Raja
– Raja / Sultan Kerajaan Banjar
2.3
Aspek
Kehidupan Masyarakat Kerajaan Banjar
2.4
Pengislamisasian
Pada Kerajaan Banjar
2.5
Masa
Kejayaan Kerajaan Banjar
2.6
Masa
Kemunduran Kerajaan Banjar
2.7 Peninggalan – Peninggalan Kerajaan
Banjar
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kalimantan
merupakan pulau terbesar ke tiga di dunia. Pulau ini menjadi “jantung”nya
Nusantara. Luasnya mencapai 940.000 kilometer persegi, 736.000 kilometer
persegi milik Republik Indonesia. Hasil rimbanya sangat besar, diantaranya
menghasilkan kayu yang paling bermutu, rotan, damar, dan sebagainya. Tanahnya
yang beriklim sangat lembab, karena curahan hujan yang banyak itu mengandung
batubara, minyak tanah, besi, intan, emas dan platina. Banyak terdapat
sungai-sungai yang besar yang menjadi sumber kemakmuran dan kemajuan ekonomi,
diantaranya Sungai Kapuas, Barito dan Mahakam.
Pulau ini
mempunyai banyak sejarah yang menakjubkan. Di dalamnya terdapat banyak kerajaan
yang silih berganti dari masa ke masa. Dari kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha
hingga bercorak Islam. Dalam makalah ini akan dibahas kerajaan yang bercorak
Islam di Kalimantan, yakni Kerajaan Banjar.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimana
Sejarah Berdirinya Kerajaan Banjar?
1.2.2
Siapa
Saja Raja/Sultan Kerajaan Banjar ?
1.2.3
Bagaimana
Aspek Kehidupan Masyarakat Kerajaan Banjar ?
1.2.4
Bagaimana
Proses Pengislamisasian Pada Kerajaan Banjar ?
1.2.5
Kapan
Masa Kejayaan & Kemunduran Kerajaan Banjar ?
1.2.6
Apa
Saja Peninggalan Kerajaan Banjar ?
1.3
Tujuan
1.3.1
Untuk
mengetahui bagaimana sejarah Kerajaan Banjar.
1.3.2
Untuk
mengetahui siapa saja raja / sultan Kerajaan Banjar.
1.3.3
Untuk
mengetahui aspek kehidupan masyarakat Kerajaan Banjar.
1.3.4
Untuk
mengetahui masa kejayaan & kemunduran Kerajaan Banjar.
1.3.5
Untuk
mengetahui apa saja peninggalan Kerajaan Banjar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah
Berdirinya Kerajaan Banjar
Islam datang ke Kalimantan pada
abad ke 15. Suatu ketika, Raden Paku atau Sunan Giri berlayar ke pulau
Kalimantan dan mendarat di pelabuhan Banjar. Kedatangannya sebagai muballigh
sambil membawa barang dagangannya dengan tiga buah kapal. Kedatangan Sunan Giri
ke Kalimantan diperkirakan pada tahun 1470 M.
Pada akhir abad ke 15, orang-orang
Islam dari Jawa telah banyak menetap di Kalimantan. Berita-berita tentang agama
Islam semakin tersiar dikalangan penduduk, baik melalui pendatang (pedagang dan
muballigh) maupun orang-orang Kalimantan sendiri yang pernah menyinggahi Jawa,
terutama Jawa Timur. Itu sebabnya maka kisah-kisah tentang Wali Songo menjadi
buah bibir penduduk Kalimantan. Pelan tapi pasti Agama Islam telah dikenal oleh
seluruh penduduk.
Pada masa itu, kalimantan Selatan
masih dibawah Kerajaan Daha, yang pada saat itu dipimpim oleh Pangeran
Sukarama. Ia mempunyai tiga orang anak; Pangeran Mangkubumi, Pangeran
Tumenggung dan Putri Galuh. Peristiwa kelahiran Kerajaan Banjar bermula dari
konflik yang ada di dalam Istana Daha. Konflik terjadi antara Pangeran Samudera
sebagai pewaris sah Kerajaan Daha, dengan pamannya Pangeran Tumenggung. Seperti
dikisahkan dalam Hikayat Banjar, ketika Raja Sukarama merasa sudah hampir tiba
ajalnya, ia berwasiat, agar yang menggantikannya nanti adalahcucunya Raden
Samudera. Tentu saja keempat anaknya tidak setuju dengan sikap ayahnya itu,
terlebih Pangeran Tumenggung yang sangat berambisi. Setelah Sukarama wafat,
jabatan dipegang oleh anak tertua, yakni Pangeran Mangkubumi. Waktu itu,
Pangeran Samudera baru berumur 7 tahun. Pangeran Mangkubumi tak terlalu lama
berkuasa, karena ia dibunuh oleh pengawalnya yang berhasil dihasut oleh
Pangeran Tumenggung. Dengan meninggalnya Pangeran Mangkubumi, maka Pangeran
Tumenggung naik tahta.
Pada saat itu, Pangeran Samudera
menjadi musuh besar Pangeran Tumenggung. Oleh karena itu ia memilih
meninggalkan istana dan menyamar menjadi nelayan di Pelabuhan Banjar. Namun,
keberadaanya diketahui oleh Patih Masih yang menguasai Bandar. Karena tidak mau
daerahnya (Patih Masih) terus menerus mengantar upeti ke Daha kepada Pangeran
Tumenggung, maka Patih Masih mengangkatnya sebagai Raja.
Dalam sejarah Daha, tersebutlah
seorang perdana menteri yang cakap, bernama Patih Masih. Walau tak sebesar
Patih Gajah Mada, ia mampu mengendalikan pemerintahan dengan teratur dan maju.
Patih ini banyak bergaul dengan pendatang-pendatang di Pelabuhan Bandar.
Disanalah ia bergaul dengan Muballigh Islam yang datang dari Tuban dan Gresik.
Dari para Muballigh ini ia mendengar kisah tentang Wali Songo dalam mengemban
Kerajaan Demak dan dalam membangun masyarakat yang adil dan makmur. Bagi Patih
Masih, kisah tersebut sangat fantastik, mengagumkan. Seiring berjalannya waktu,
dari pergaulannya ini, ia akhirnya memeluk Islam.
Atas bantuan Patih Masih, Pangeran
Samudera dapat menghimpun kekuatan dan memulai menyerang Pangeran Tumenggung.
Tetapi peperangan terus berlangsung secara seimbang. Patih mengusulkan untuk
meminta bantuan Demak. Sultan Demak bersedia membantu Pangeran Samudera asal
nanti masuk Islam. Lalu sultan Demak mengirimkan bantuan seribu orang
tentaranya[6] (sumber lain mengatakan berjumlah 40.000 tentara, dengan jumlah
1.000 kapal, masing-masing kapal memuat 400 prajurit). Atas bantuan itu,
kemenangan ada di pihak Pangeran Samudera. Sesuai dengan janjinya, ia beserta
seluruh kerabat keraton dan penduduk Banjar menyatakan diri masuk Islam.
Setelah masuk Islam, ia diberi nama Sultan Suryanullah atau Suriansyah, yang
dinobatkan sebagai raja pertama Kerajaan Banjar.
2.2 Raja
– Raja / Sultan Kerajaan Banjar
Sultan-sultan yang pernah memimpin
dalam kerajaan Banjar, ada sumber yang mengatakan bahwa sultan berjumlah
sembilan belas, tetapi sumber lain mengatakan bahwa sultan yang memimpin
berjumlah hingga dua puluh tiga hingga kini, mereka yaitu:
1.
(1520-1546)
Sultan Suriansyah.
2.
(1546-1570)
Sultan Rahmatullah bin Sultan Suriansyah.
3.
(1570-1595)
Sultan Hidayatullah I bin Rahmatullah.
4.
(1595-1641)
Sultan Mustain Billah bin Sultan Hidayatullah I.
5.
(1641-1646)
Sultan Inayatullah bin Sultan Mustain Billah.
6.
(1646-1660)
Sultan Saidullah bin Sultan Inayatullah.
7.
(1660-1663)
Sultan Ri'ayatullah bin Sultan Mustain Billah.
8.
(1663-1679)
Sultan Amrullah Bagus Kasuma bin Sultan Saidullah.
9.
(1663-1679)
Sultan Agung/Pangeran Suria Nata (ke-2) bin Sultan Inayatullah.
10.
(1679-1700)
Sultan Amarullah Bagus Kasuma/Suria Angsa/Saidillah bin Sultan Saidullah.
11.
(1700-1717)
Sultan Tahmidullah I/Panembahan Kuning bin Sultan Amrullah/Tahlil-lullah.
12.
(1717-1730)
Panembahan Kasuma Dilaga.
13.
(1730-1734)
Sultan il-Hamidullah/Sultan Kuning bin Sultan Tahmidullah I.
14.
(1734-1759)
Sultan Tamjidullah I bin Sultan Tahmidullah I.
15.
(1759-1761)
Sultan Muhammadillah/Muhammad Aliuddin Aminullah bin Sultan
Il-Hamidullah/Sultan Kuning.
16.
(1761-1801)
Sunan Nata Alam (Pangeran Mangkubumi) bin Sultan Tamjidullah I.
17.
(1801-1825)
Sultan Sulaiman al-Mutamidullah/Sultan Sulaiman Saidullah II bin Tahmidullah
II.
18.
(1825-1857)
Sultan Adam Al-Watsiq Billah bin Sultan Sulaiman al-Mutamidullah.
19.
(1857-1859)
Sultan Tamjidullah II al-Watsiq Billah bin Pangeran Ratu Sultan Muda Abdur
Rahman bin Sultan Adam.
20.
(1859-1862)
Sultan Hidayatullah Halilillah bin Pangeran Ratu Sultan Muda Abdur Rahman bin
Sultan Adam.
21.
(1862)
Pangeran Antasari bin Pangeran Mashud bin Sultan Amir bin Sultan Muhammad
Aliuddin Aminullah.
22.
(1862-1905)
Sultan Muhammad Seman bin Pangeran Antasari Panembahan Amiruddin Khalifatul
Mukminin.
23.
(2010)
Sultan Haji Khairul Saleh Al-Mu'tashim Billah bin Gusti Jumri bin Gusti Umar
bin Pangeran Haji Abubakar bin Pangeran Singosari bin Sultan Sulaiman
al-Mu'tamidullah.
2.3 Aspek
Kehidupan Masyarakat Kerajaan Banjar
a. Kehidupan
Politik
Bentuk pemerintahan Banjar sejak
berdirinya sudah dipengaruhi oleh Kerajaan Demak. Merupakan konsekuensi logis
jikalau kerajaan A dapat memdirikan kerajaan dengan bantuan Kerajaan B, maka
Kerajaan B turut mempengaruhi bentuk dan jalannya pemerintahan Kerajaan A.
Walaupun dalam bentuk pemerintahan
dibangun menurut model Jawa, raja dalam kekuasaannya tidaklah semutlak
(seabsolut) raja-raja jawa. Disamping keturunan, kekayaan juga faktor yang
menentukan dalam kedudukan raja. Pada hakekatnya pemerintah bersifat
aristokratis, yang dikuasai oleh para bangsawan, yang mana raja hanya sebagai
simbol pemersatu belaka.
Sultan dalam Kerajaan Banjar
merupakan penguasa tertinggi , yang mempunyai kekuasaan dalam masalah politik
dan keagamaan. Dibawah sultan ada Putera Mahkota yang dikenal dengan sebutan
Sultan Muta. Ia tidak mempunyai jabatan tertentu tetapi pembantu Sultan.
Disamping Sultan, terdapat sebuah lembaga Dewan Mahkota yang terdiri dari kaum
bangsawan dan Mangkubumi.
Mangkubumi adalah pembantu sultan
yang mempunyai peranan besar dalam roda pemerintahan. Mangkubumi di dalam
pemerintahan didampingi menteri Panganan, Menteri Pangiwa dan Menteri Bumi dan
dibantu lagi oleh 40 orang menteri Sikap. Tiap-tiap menteri Sikap mempunyai
bawahan sebanyak 100 orang. Dilingkungan Kraton terdapat banyak pegawai atau
petugas. Antara lain:
1.
Lima
puluh orang Sarawisa di bawah pimpinan Sarabraja bertugas menjaga krato
2.
Lima
puluh orang Mandung dibawah Raksayuda bertugas menjaga istana bangsal
3.
Empat
puluh orang Menagarsari dibawah Sarayuda bertugas mengawal raja
4.
Empat
puluh orang Singabana atau Parawila dibawah Singataka dan Singapati bertugas
sebagai polisi
5.
Empat
puluh orang Sarageni di bawah Saradipa bertugas menjaga alat senjata
6.
Empat
puluh orang Tuha Buru di bawah Puspawana bertugas mengawal raja bila sedang
berburu
7.
Lima
puluh orang Pangadapan atau Pamarakan dibawah Rasawija melakukan ber aneka
ragam tugas di istana.
b. Kehidupan
Sosial & Ekonomi
Dalam masyarakat Banjar terdapat
susunan dan peranan sosial yang berbentuk segi tiga piramid. Lapisan teratas
adalah golongan penguasa yang merupakan golongan minoritas. Golongan ini
terdiri dari kaum bangsawan, keluarga raja. Lapisan tengah diisi oleh para
pemuka agama yang mengurusi masalah hukum keagamaan dalam kerajaan. Sementara
golongan mayoritas diisi oleh para petani, nelayan, pedagang dan lain
sebagainya.
Perkembangan perekonomian di
Kalimantan Selatan mengalami kemajuan yang pesat pada abad-16 sampai abad-17.
Banjarmasin menjadi kota dagang yang sangat berarti untuk mencapai suatu
kemakmuran kerajaan. Kalimantan Selatan juga memiliki perairan yang strategis
sebagai lalu lintas perdagangan. Dalam perdagangan, lada merupakan komoditas
ekspor terbesar dalam Kerajaan Banjar.
Dalam hal industri, Kerajaan Banjar
juga menghasilkan besi dan logam. Industri logam dan besi ini terdapat di
daerah Negara. Kemampuan dan keahlian mereka mencor logam seperti perunggu,
yang dapat menghasilkan bermacam barang-barang
untuk di ekspor. Sejak abad ke-17 daerah Negara terkenal dengan
pembuatan kapal dan peralatan senjata lainnya, seperti golok, kapak, cangkul
dan lain-lain. Selain itu, keahlian membuat kendi sebagai bentuk kerajinan yang
telah berkembang turun-temurun sebagai sambilan disamping bertani. Kemudian
dikenal juga usaha-usaha pertukangan, seperti tukang gergaji papan dan balok,
tukang sirap, dan lain sebagainya.
c. Kehidupan
Budaya
Orang-orang Banjar terdiri dari
tiga golongan, yaitu kelompok Banjar Muara (Suku Ngaju), Kelompok Banjar Batang
Banyu (Suku Maanyan), dan Kelompok Banjar Hulu (Suku Bukit). Dalam setiap kurun
Sejarah, Kebudayaan Banjar mengalami pergeseran dan perubahan-perubahan hingga
coraknya berbeda dari zaman ke zaman. Ini merupakan manifestasi dari cara
berpikir sekelompok manusia di daerah ini dalam suatu kurun waktu tertentu.
Dalam rentetan peristiwa sejarah,
kita dapatkan bahwa masyarakat Banjar dimulai dari percampuran budaya melayu
dengan budaya bukit dan maanyan sebagai inti, kemudian membentuk kerajaan
Tanjung Pura dengan agama Buddha. Yang kedua, percampuran kebudayaan pertama
dengan kebudayaan Jawa, yang mana budaya Maanyan, Bukit, dan Melayu menjadi
inti, yang kemudian membentuk Kerajaan Negara Dipa dengan agama Buddha. Yang
ketiga, adalah perpaduan dengan kebudayaan Jawa yang membentuk kerajaan Negara
Daha dengan agama Hindu. Yang terakhir, lanjutan dari Kerajaan Daha dalam
membentuk kerajaan Banjar Islam dan perpaduan suku Ngaju, Maanyan dan Bukit.
Dari perpaduan yang terakhir inilah akhirnya melahirkan kebudayaan yang ada
dalam Kerajaan Banjar.
2.4 Pengislamisasian
Pada Kerajaan Banjar
Sultan Suriansyah adalah raja
pertama yang memeluk Islam dan menjadikannya agama resmi kerajaan. Tetapi,
hukum Islam belum melembaga dalam pemerintahan. Karena pada saat itu belum ada
ulama yang mendampinginya. Setelah Sultan Tahmidullah II berkuasa, barulah
hukum Islam itu melembaga. Hal ini menimbulkan terjadinya perubahan dalam
pemerintahan, terutama setelah Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari datang dari
Mekkah. Ia sangat disegani oleh sultan karena kedalaman ilmunya. Kitab Sabilul
Muhtadin yang ditulis atas permintaan sultan yang berkuasa pada saat itu
dijadikan pedoman hukum meskipun masih terbatas dalam bidang-bidang tertentu,
seperti hukum waris dan pernikahan.
Dengan kebijakan Syeikh al-Banjari,
perlahan-lahan hukum islam masuk istana. Dalam masyarakat Banjar ajaran fiqh
dari madzhab Syafi’i sangat berpengaruh sehingga menjadi hukum adat rakyat.
Syeikh Al-Banjari juga mengusulkan kepada Sultan untuk membentuk Mahkamah
Syari’ah, yakni suatu lembaga pengadilan agama, yang dipimpin oleh seorang
mufti sebagai ketua hakim tertinggi pengawas pengadilan umum.
Dalam penyebaran dan islamisasi di
Kalimantan juga dikenal peranan seorang ulama yang bernama Khatib Dayyan. Ia
adalah seorang utusan dari Jawa, tepatnya Kerajaan Demak. Tujuan Sultan Demak
mengirimnya adalah untuk mengislamkan orang Banjar.
2.5 Masa
Kejayaan Kerajaan Banjar
Pada masa pemerintahan Sultan
Mustain Billah inilah pusat Kesultanan Banjar dipindahkan ke Kayuwangi,
Martapura. Kesultanan Banjar mengalami masa kejayaan pada abad ke-17, yaitu
pada masa pemerintahan Sultan Mustain Billah (1595-1620), Sultan Inayatullah
(1620-1637), dan Sultan Saidullah (1637 – 1642).
Ketika Belanda datang dan
menimbulkan kekacauan, Kesultanan Bajar mengalami kerugian. Akibatnya, ibukota
kerajaan dipindahkan ke Amuntai, kemudian ke Tambangan, dan Batang Banju.
Sebenarnya VOC sudah datang ke Banjar sejak 1606 untuk meminta monopoli lada namun
usaha mereka belum terwujud. Baru setelah adanya kontrak yang ditandatangani
Belanda dan Syahbandar Kesultanan Banjar pada 1635 perdagangan lada dimonopoli
oleh Belanda. Setelah perjanjian antara VOC dengan Sultan Martapura
ditandatangani, perlawanan terhadap Belanda menurun.
2.6 Masa
Kemunduran Kerajaan Banjar
Kerajaan Banjar mengalami kemajuaan
sebagai dampak dari diaktikannya wilayah kerajaan ini sebagai pelabuhan bebas,
tetapi sebaliknya kehadiran unsur asing didaerah itu juga dapat mengakibatkan
perpecahan di kalangan istana. Kehadiran pihak Pemerintah Kolonial Hindia
Belanda yang ikut campur dalam urusan adat kerajaan adalah bukti bahwa unsur
asing yang hadir dalam Kerajaan Banjar nantinya akan memunculkan perpercahan
dikalangan istana. Keterlibatan unsur asing dalam urusan istana juga merupakan
salah satu penyebab utama meletusnya perang antara Kerajaan Banjar dengan
Pemerintah Kolonial Hindia Belanda.
Awal mulanya Kerajaan Banjar
memiliki hubungan yang cukup baik dengan pemerintah kolonial Hindia Belanda,
akan tetapi dengan ikut campurnya pemerintah kolonial dalam urasaan kerajaan
mengakibatkan memanasnya hubungan diantara kedua belah pihak yang pada akhirnya
akan menyebabkan pertempuran untuk mempertahankan kekuasaan di wilayah
Kalimantan Selatan. Dalam sejarah pertempuran tersebut dikenal sebagai “Perang
Banjar”.
Perlawanan Kerajaan Banjar berlangsung dalam
dua tahap, yang pertama berlangsung dari tahun 1859-1863, sedangkan perlawanan
tahap kedua berlangsung dari tahun 1863-1905. Peperangan yang berlangsung
hampir setengah abad lamanya berakhir dengan kekalahan di pihak Kerajaan
Banjar. Dengan terpatahkannya perlawanan rakyat Banjar pada tahun 1905, maka
hal ini menandai runtuhnya era dari Kerajaan Banjar yang telah berdiri sejak
tahun 1520.
2.7 Peninggalan
– Peninggalan Kerajaan Banjar
1. Candi
AgungAmuntai
Peninggalan-peninggalan
bersejarah awal dari kehidupan zaman dulu yang menjadi peradaban kuno,di
kalimantan selatan yang condong berkebudayaan sungai yang masih melekat sampai
sekarang,peninggalan dari kebudayaan pada awal perang banjar sampai
terbentuknya kerajaan banjar. salah satu peninggalan bersejarah di kalimantan
selatan antara lain Candi Agung.candi agung Amuntai merupakan peninggalan
Kerajaan Negaradipa yang dibangun oleh Empu Jatmika abad ke XIV Masehi. Dari
kerajaan ini akhirnya melahirkan Kerajaan Daha di Negara dan Kerajaan
Banjarmasin. Menurut cerita, Kerajaan Hindu Negaradipa berdiri tahun 1438 di
persimpangan tiga aliran Sungai, Tabalong, Balangan, dan Negara. Cikal bakal
Kerajaan Banjar itu diperintah oleh Pangeran Surianata dan Putri Junjung Buih
dengan kepala pemerintahan Patih Lambung Mangkurat. Negaradipa kemudian
berkembang menjadi Kota Amuntai.
Candi Agung
diperkirakan telah berusia 740 tahun. Bahan material Candi Agung ini didominasi
oleh batu dan kayu. Kondisinya masih sangat kokoh. Di candi ini juga ditemukan
beberapa benda peninggalan sejarah yang usianya kira-kira sekitar 200 tahun SM.
Batu yang digunakan untuk mendirikan candi ini pun masih terdapat disana.
Batunya sekilas mirip sekali dengan batu bata merah. Namun bila disentuh
terdapat perbedaannya, lebih berat dan lebih kuat dari bata merah biasa.Situs
Candi Agung, yang merupakan bagian dari lambang daerah HSU, dengan menggunakan
cara supranatural.candi agung sekarang dikonstruksi menyerupai bentuk candi
agung terdahulu tanpa merubah letak,hanya saja bangunan candi agung sekarang
dibuat seperti rumah banjar dan di jadikan tempat wisata.
2. Mesjid
Sultan Suriansyah
Masjid
Sultan Suriansyah adalah sebuah masjid bersejarah yang merupakan masjid tertua
di Kalimantan Selatan. Masjid ini dibangun di masa pemerintahan Sultan
Suriansyah (1526-1550), raja Banjar pertama yang memeluk agama Islam. Masjid
ini terletak di Kelurahan Kuin Utara, Banjarmasin Utara, Banjarmasin, kawasan
yang dikenal sebagai Banjar Lama merupakan situs ibukota Kesultanan Banjar yang
pertama kali.
Bentuk
arsitektur dengan konstruksi panggung dan beratap tumpang, merupakan masjid
bergaya tradisional Banjar. Masjid bergaya tradisional Banjar pada bagian
mihrabnya memiliki atap sendiri terpisah dengan bangunan induk. Masjid ini
didirikan di tepi sungai Kuin.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kerajaan Banjar merupakan kerajaan
Islam pertama di Kalimantan. Kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kerajaan
Daha yang beragama Hindu. Berdirinya Kerajaan Banjar karena adanya perebutan
kekuasaan antara putera mahkota yang sah dengan pamannya, yang terkenal dengan
“Hikayat Banjar”. Sultan pertama Kerajaan Banjar adalah Sultan Suriansyah, yang
menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan.
Budaya yang berkembang pada masa
Kerajaan ini bercorak Islam. Karena pemerintah sendiripun sangat memberi
perhatian kepada Islam dan hukum-hukumnya. Hukum-hukum Islam terbentuk atas
bantuan ulama-ulama, yang terkenal yakni Syeikh al-Banjari. Kerajaan Banjar
dari masa ke masa terus berkembang, tetapi masa kejayaan itu melemah dengan
kedatangannya Belanda ke Kalimantan.
3.2 Saran
Dari
keberadaanya Kerajaan Banjat di wilayah nusantara pada masa yang lalu. Maka
kita wajib mensyukurinya. Rasa syukur tersebut dapat di wujudkan dalam sikap
dan perilaku dengan hati yang tulus serta di dorong rasa tanggung jawab yang
tinggi untuk melestarikan dan memelihara budaya nenek moyang kita. Jika kita
ikut berpartisipasi dalam menjamin kelestariannya berarti kita ikut mengangkat
derajat dan jati diri bangsa. Oleh karena itu marilah kita bersama – sama
menjaga dan memelihara peninggalan budaya bangsa yang menjadi kebanggaan kita
semua
DAFTAR PUSTAKA
Zuhri, Saifuddin. Sejarah
Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia. Bandung: Al-Ma’arif, 1979.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban
Islam. Jakarta: Rajawali Press, 1997.
Yahya, M. Harun. Kerajaan Islam
Nusantara: Abad XVI dan XVII. Yogyakarta: Kurnia Kalam Sejahtera,1995.
Kartodirjo, Sartono. Pengantar
Sejarah Indonesia Baru 1500-1900. Yogyakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992.
Darmawijaya,. Kesultanan Islam
Nusantara. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2010.
Untuk kalian yang ingin mendowload versi doc (document) bisa langsung klik dokumen dibawah ini :
Makalah Kerajaan Banjar by harvey putra on Scribd
0 Response to "Makalah Kerajaan Banjar Terlengkap & Terbaru ( Free Download Document )"
Post a Comment