Makalah Kerajaan Malaka Terlengkap & Terbaru
Makalah Kerajaan Malaka Terlengkap & Terbaru ( Free Download Document ) |
MAKALAH SEJARAH INDONESIA
“ KERAJAAN MALAKA”
Disusun Oleh :
Harvey Pratama Putra (22)
Kelas :
XI RPL 3
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TEKNOLOGI
INFORMASI (SMK TI)
BALI GLOBAL DENPASAR
2018 / 2019
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis
panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Adapun judul makalah yang
penulis ajukan adalah “KERAJAAN MALAKA”
Penulisan makalah ini dimaksudkan
untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia. Dalam
mempersiapkan, menyusun, dan menyelesaikan makalah ini, penulis tidak lepas dari berbagai
kesulitan dan hambatan yang dihadapi.
Penulis menyadari bahwa di dalam
makalah ini masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan, untuk itu penulis
mengharapkan saran, kritik, serta masukannya yang bersifat membangun tentunya
demi perbaikan dan pengembangan di dalam menyusun makalah di masa mendatang.
Denpasar, Juli 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
1.2 Rumusan
masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Bedirinya Kerajaan Malaka
2.2 Aspek Kehidupan Kerajaan Malaka
2.3 Hasil Kebudayaan Kerajaan Malaka
2.4 Masa Kejayaan Kerajaan Malaka
2.5 Masa Kemunduran Kerajaan Malaka
2.6 Peninggalan Kerajaan Malaka
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pelayaran
jaman prasejarah dapat dengan mudah dilakukan dengan enam bulan sekali yang
erat hubungannya dengan jalannya arus. Para pedagang indonesia yang membawa rempah-rempah dari Maluku untuk
dipasarkan ke tempat lain. Para pedagang itu akan bertolak dari Maluku pada
bulan Oktober menuju ke bandar-bandar Ujung
pandang, Gresik, Demak, Banten, dan Malaka. Dan pada bulan Maret para
pedagang akan kembali ke Maluku.
Dari
malaka mereka akan berangkat menuju utara yaitu menuju bandar-bandar Ayuthia,
Campa dan Cina pada bulan Juni. Dan bulan September kapal-kapal pedegang akan
kembali ke bandar Malaka. Letak selat Malaka demikian mendatangkan keuntungan
bagi masyarakat sekitarnya sebab mengalami perkembangan perdagangan dan lalu lintas
laut yang tidak pernah sunyi.
Pada
awalnya Malaka hanyalah satu bandar tepi pantai yang kemudian sekitar tahun
1400 berkembang menjadi bandar penting dan pusat kerajaan Malaka. Hal itu
terjadi disebabkan karena adanya komunikasi perdagangan antara Cina dengan
dunia luar terutama dengan India dan Laut Tengah.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana Sejarah Bedirinya
Kerajaan Malaka ?
1.2.2 Bagaimana Aspek Kehidupan
Kerajaan Malaka ?
1.2.3 Apa Saja Hasil Kebudayaan
Kerajaan Malaka ?
1.2.4 Kapan Masa Kejayaan Kerajaan
Malaka ?
1.2.5 Kapan Masa Kemunduran Kerajaan
Malaka ?
1.2.6 Apa Saja Peninggalan Kerajaan
Malaka ?
1.3
Tujuan
1.3.1 Untuk Mengetahui Sejarah
Bedirinya Kerajaan Malaka
1.3.2 Untuk Mengetahui Aspek Kehidupan Kerajaan Malaka
1.3.3 Untuk Mengetahui Hasil Kebudayaan
Kerajaan Malaka
1.3.4 Untuk Mengetahui Masa Kejayaan
Kerajaan Malaka
1.3.5 Untuk Mengetahui Masa Kemunduran
Kerajaan Malaka
1.3.6 Untuk Mengetahui Peninggalan
Kerajaan Malaka.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah Bedirinya Kerajaan Malaka
Kerajaan Malaka didirikan oleh
Parameswara antara tahun 1380-1403 M. Parameswara berasal dari Sriwijaya, dan
merupakan putra Raja Sam Agi. Saat itu, ia masih menganut agama Hindu. Ia
melarikan diri ke Malaka karena kerajaannya di Sumatera runtuh akibat diserang
Majapahit. Pada saat Malaka didirikan, di situ terdapat penduduk asli dari Suku
Laut yang hidup sebagai nelayan. Mereka berjumlah lebih kurang tiga puluh
keluarga. Raja dan pengikutnya adalah rombongan pendatang yang memiliki tingkat
kebudayaan yang jauh lebih tinggi, karena itu, mereka berhasil mempengaruhi
masyarakat asli. Kemudian, bersama penduduk asli tersebut, rombongan pendatang
mengubah Malaka menjadi sebuah kota yang ramai. Selain menjadikan kota tersebut
sebagai pusat perdagangan, rombongan pendatang juga mengajak penduduk asli
menanam tanaman yang belum pernah mereka kenal sebelumnya, seperti tebu,
pisang, dan rempah-rempah.
Rombongan pendatang juga telah
menemukan biji-biji timah di daratan. Dalam perkembangannya, kemudian terjalin
hubungan perdagangan yang ramai dengan daratan Sumatera. Salah satu komoditas
penting yang diimpor Malaka dari Sumatera saat itu adalah beras. Malaka amat
bergantung pada Sumatera dalam memenuhi kebutuhan beras ini, karena persawahan
dan perladangan tidak dapat dikembangkan di Malaka. Hal ini kemungkinan
disebabkan teknik bersawah yang belum mereka pahami, atau mungkin karena
perhatian mereka lebih tercurah pada sektor perdagangan, dengan posisi
geografis strategis yang mereka miliki.
Berkaitan dengan asal usul nama
Malaka, bisa dirunut dari kisah berikut. Menurut Sejarah Melayu (Malay Annals)
yang ditulis Tun Sri Lanang pada tahun 1565, Parameswara melarikan diri dari
Tumasik, karena diserang oleh Siam. Dalam pelarian tersebut, ia sampai ke Muar,
tetapi ia diganggu biawak yang tidak terkira banyaknya. Kemudian ia pindah ke
Burok dan mencoba untuk bertahan disitu, tapi gagal. Kemudian Parameswara
berpindah ke Sening Ujong hingga kemudian sampai di Sungai Bertam, sebuah
tempat yang terletak di pesisir pantai. Orang-orang Seletar yang mendiami
kawasan tersebut kemudian meminta Parameswara menjadi raja. Suatu ketika, ia
pergi berburu. Tak disangka, dalam perburuan tersebut, ia melihat salah satu
anjing buruannya ditendang oleh seekor pelanduk. Ia sangat terkesan dengan
keberanian pelanduk tersebut. Saat itu, ia sedang berteduh di bawah pohon
Malaka. Maka, kawasan tersebut kemudian ia namakan Malaka
2.2
Aspek Kehidupan Kerajaan Malaka
·
Kehidupan Politik Malaka
Dalam menjalankan dan
menyelenggarakan politik negara, ternyata para sultan menganut paham politik
hidup berdampingan secara damai (co-existence policy) yang dijalankan secara
efektif. Politik hidup berdampingan secara damai dilakukan melalui hubungan
diplomatik dan ikatan perkawinan. Politik ini dilakukan untuk menjaga keamanan
internal dan eksternal Malaka. Dua kerajaan besar pada waktu itu yang harus
diwaspadai adalah Cina dan Majapahit. Maka, Malaka kemudian menjalin hubungan
damai dengan kedua kerajaan besar ini. Sebagai tindak lanjut dari politik
negara tersebut, Parameswara kemudian menikah dengan salah seorang putri
Majapahit.
Sultan-sultan yang memerintah
setelah Prameswara (Muhammad Iskandar Syah)) tetap menjalankan politik
bertetangga baik tersebut. Sebagai bukti, Sultan Mansyur Syah (1459—1477) yang
memerintah pada masa awal puncak kejayaan Kerajaan Malaka juga menikahi seorang
putri Majapahit sebagai permaisurinya. Di samping itu, hubungan baik dengan
Cina tetap dijaga dengan saling mengirim utusan. Pada tahun 1405 seorang duta
Cina Ceng Ho datang ke Malaka untuk mempertegas kembali persahabatan Cina
dengan Malaka. Dengan demikian, kerajaan-kerajaan lain tidak berani menyerang
Malaka.
Pada tahun 1411, Raja Malaka
balas berkunjung ke Cina beserta istri, putra, dan menterinya. Seluruh
rombongan tersebut berjumlah 540 orang. Sesampainya di Cina, Raja Malaka
beserta rombongannya disambut secara besar-besaran. Ini merupakan pertanda
bahwa, hubungan antara kedua negeri tersebut terjalin dengan baik. Saat akan
kembali ke Malaka, Raja Muhammad Iskandar Syah mendapat hadiah dari Kaisar
Cina, antara lain ikat pinggang bertatahkan mutu manikam, kuda beserta
sadel-sadelnya, seratus ons emas dan perak, 400.000 kwan uang kertas, 2600
untai uang tembaga, 300 helai kain khasa sutra, 1000 helai sutra tulen, dan 2
helai sutra berbunga emas. Dari hadiah-hadiah tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa, dalam pandangan Cina, Malaka adalah kerajaan besar dan diperhitungkan.
Di masa Sultan Mansur Syah, juga
terjadi perkawinan antara Hang Li Po, putri Maharaja Yung Lo dari dinasti Ming,
dengan Sultan Mansur Shah. Dalam prosesi perkawinan ini, Sultan Mansur Shah
mengirim Tun Perpateh Puteh dengan serombongan pengiring ke negeri China untuk
menjemput dan membawa Hang Li Po ke Malaka. Rombonga ini tiba di Malaka pada
tahun 1458 dengan 500 orang pengiring. Dalam pengabdiannya demi kebesaran
Malaka, Laksamana Hang Tuah dikenal memiliki semboyan berikut.
1.
Esa
hilang dua terbilang
2.
Tak
Melayu hilang di bumi.
3.
Tuah
sakti hamba negeri.
Laksamana yang kebesaran namanya
dapat disamakan dengan Gajah Mada atau Adityawarman ini adalah tangan kanan
Sultan Malaka, dan sering dikirim ke luar negeri mengemban tugas kerajaan. Ia
menguasai bahasa Keling, Siam dan Cina. Hingga saat ini, orang Melayu masih
mengagungkan Hang Tuah, dan keberadaanya hampir menjadi mitos. Namun demikian,
Hang Tuah bukanlah seorang tokoh gaib. Dia meninggal di Malaka dan dimakamkan
di tempat asalnya, Sungai Duyung di Singkep.
·
Kehidupan Ekonomi
Sejak Kerajaan Malaka berkuasa,
jalur perdagangan internasional yang melalui Selat Malaka semakin ramai.
Bersamaan dengan melemahnya kekuatan Majapahit dan Samudera Pasai, kerajaan
Malaka tidak memiliki persaingan dalam perdagangan. Tidak adanya saingan di
wilayah tersebut, mendorong kerajaan Malaka membuat aturan-aturan bagi kapal
yang sedang melintasi dan berlabuh di Semenanjung Malaka. Aturan tersebut
adalah diberlakukan pajak bea cukai untuk setiap barang yang datang dari wilayah
barat (luar negeri) sebesar 6% dan upeti untuk pedagang yang berasal dari
wilayah Timur (dalam negeri). Tingkat keorganisasian pelabuhan ditingkatkan
dengan membuat peraturan tentang syarat-syarat kapal yang berlabuh, kewajiban
melaporkan nama jabatan dan tanggung jawab bagi kapal-kapal yang sedang
berlabuh, dan sebagainya.
Raja dan pejabat kerajaan turut
serta dalam perdagangan dengan memiliki kapal dan awak-awaknya. Kapal tersebut
disewakan kepada pedagang yang hendak menjual barangnya ke luar negeri. Selain
peraturan-peraturan tentang perdagangan, kerajaan Malaka memberlakukan bahasa
Melayu sebagai bahasa resmi dalam perdagangan dan diplomatik.
·
Kehidupan Sosial
Dalam pemerintahannya, raja
menunjuk seorang patih untuk mengurusi kerajaan, dari patih diteruskan kepada
bawahannya yang terdiri dari bupati, tumenggung, bendahara raja, dan
seterusnya.
Masalah perpajakan diurus seorang
tumenggung yang menguasai wilayah tertentu, urusan perdagangan laut diurus oleh
syahbandar dan urusan perkapalan diurus oleh laksamana. Kekayaan para raja dan
pejabat kerajaan semakin bertambah akibat dari penarikan upeti dan usaha
menyewakan kapal. Uang yang didapat dipakai untuk membangun istana kerajaan,
membuat mesjid, memperluas pelabuhan, dan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari
yang cenderung mewah. Gejala timbulnya kecemburuan sosial disebabkan oleh
dominasi para bangsawan dan pedagang dalam kehidupan bermasyarakat. Hal inilah
yang menjadi penyebab lemahnya Kerajaan Malaka.
·
Kebudayaan Malaka
Pada kehidupan budaya, perkembangan
seni sastra Melayu mengalami perkembangan yang pesat seperti munculnya
karya-karya sastra yang menggambarkan tokoh-tokoh kepahlawanan dari Kerajaan
Malaka seperti Hikayat Hang Tuah, Hikayat Hang Lekir dan Hikayat Hang Jebat.
Perkembangan seni sastra
Indonesia pada zaman Islam pada umumnya berkembang di daerah-daerah Malaka
(Melayu) dan Pulau Jawa. Peninggalan karya sastra Islam ini dapat dibedakan
menjadi empat jenis, yaitu:
1. Hikayat
Hijayat adalah hasil karya sastra
yang pada prinsipnya sama seperti dongeng, namun hikayat bercorak Islam. Secara
sederhana kita dapat membuat definisi hikayat bahwa hikayat adalah dongeng
khusus agama Islam. Contoh hikayat yang terkenal antara lain: Hikayat Raja-raja
Pasai yang menceritakan sejarah berdirinya Kerajaan Samudera Pasai, Hikayat
Kepahlawanan Hang Tuah, dan Hikayat Amir Hamzah yang menceritakan perlawanan
Amir Hamzah melawan raja kafir yang bernama Nursewan.
2. Suluk
Suluk adalah karya sastra yang
berisi tentang tasawuf mengenai keesaan dan keberadaan Allah SWT. Contoh suluk
adalah Suluk Wujil karya Sunan Bonang yang berisi wejangan Sunan Bonang kepada
Wujil abdinya yang mencari keluhuran budi meski tubuhnya khas. Contoh suluk
berikutnya adalah Suluk Sukarsa yang menceritakan tentang seseorang bernama Sukarsa
yang sedang mencari ilmu sejati untuk mendapatkan kesempurnaan hidup.
3. Syair
Syair adalah puisi lama yang
tiap-tiap baitnya terdiri dari 4 baris yang berakhir dengan bunyi yang sama.
Contoh syair yang terkenal antara lain: Syair Perahu, Syair Si Burung Pingai,
Syair Abdul Muluk dan lain-lain. Syair saat ini berkembang dan digunakan dalam
lagu-lagu populer modern yang dibawakan oleh musisi yang memiliki kepedulian
terhadap budaya Melayu. Aliran musik yang menggunakan syair antara lain dangdut
dan pop Melayu.
4. Riwayat
dan Nasihat
Apakah yang dimaksud dengan
riwayat? Apa pula bedanya dengan nasihat? Pada dasarnya, kedua jenis sastra
Islam tersebut memuat nilai-nilai yang sama. Riwayat dan nasihat adalah jenis
sastra Islam yang mengisahkan kehidupan para Nabi beserta nasihat-nasihatnya.
Setiap kisah nabi memiliki pelajaran hidup yang berharga untuk diteladani oleh
manusia saat ini.
Contoh riwayat adalah Kitab Manik
Maya yang berisi tentang penciptaan dunia. Contoh karya sastra Islam riwayat
yang terkenal adalah Kitab Bustanussalatin karya Ar-Raniri. Kitab
Bustanussalatin berisi tentang kisah penciptaan bumi, masalah agama dan hukum
dalam Islam, dan riwayat nabi-nabi sejak jaman Nabi Adam as hingga Nabi
Muhammad SAW. Kisah raja-raja Islam di India, Malaka, Pahang dan Aceh sering
diabadikan dalam bentuk karya sastra riwaya
2.3
Hasil Kebudayaan Kerajaan Malaka
Pada kehidupan budaya,
Perkembangan seni sastra Melayu mangalami perkembangan yang sangat pesat
seperti munculnya karya karya sastra yang menggambarkan tokoh tokoh
kepahlawanan dari kerajaan Malaka seperti Hikayat Hang Tuah, Hikayat Hang Lekir
dan Hikayat Hang Jebat.
Sedangkan Kehidupan Sosial
Kerjaan Malka dipengaruhi oleh faktor letak, keadaan alam dan lingkungan
wilayahnya. Sebagai masyarakat yang hidup dari dunia maritim, hubungan sosial
masyarakat sangatlah kurang dan bahkan mereka cenderung mengarah ke sifat sifat
individualisme. Kelompok masyarakatpun bermunculan, seperti adanya golonga
buruh dan majikan.
2.4
Masa Kejayaan Kerajaan Malaka
Pada kehidupan budaya,
Perkembangan seni sastra Melayu mangalami perkembangan yang sangat pesat
seperti munculnya karya karya sastra yang menggambarkan tokoh tokoh
kepahlawanan dari kerajaan Malaka seperti Hikayat Hang Tuah, Hikayat Hang Lekir
dan Hikayat Hang Jebat. Sedangkan Kehidupan Sosial Kerjaan Malka dipengaruhi
oleh faktor letak, keadaan alam dan lingkungan wilayahnya. Sebagai masyarakat
yang hidup dari dunia maritim, hubungan sosial masyarakat sangatlah kurang dan
bahkan mereka cenderung mengarah ke sifat sifat individualisme. Kelompok
masyarakatpun bermunculan, seperti adanya golonga buruh dan majikan.Sebagai
salah satu bandar ramai di kawasan timur, Malaka juga ramai dikunjungi oleh
para pedagang Islam. Lambat laun, agama ini mulai menyebar di Malaka. Dalam
perkembangannya, raja pertama Malaka, yaitu Prameswara akhirnya masuk Islam
pada tahun 1414 M. Dengan masuknya raja ke dalam agama Islam, maka Islam
kemudian menjadi agama resmi di Kerajaan Malaka, sehingga banyak rakyatnya yang
ikut masuk Islam.
Selanjutnya, Malaka berkembang
menjadi pusat perkembangan agama Islam di Asia Tenggara, hingga mencapai puncak
kejayaan di masa pemeritahan Sultan Mansyur Syah (1459—1477). Kebesaran Malaka
ini berjalan seiring dengan perkembangan agama Islam. Negeri-negeri yang berada
di bawah taklukan Malaka banyak yang memeluk agama Islam. Untuk mempercepat
proses penyebaran Islam, maka dilakukan perkawinan antarkeluarga.
Malaka juga banyak memiliki
tentara bayaran yang berasal dari Jawa. Selama tinggal di Malaka, para tentara
ini akhirnya memeluk Islam. Ketika mereka kembali ke Jawa, secara tidak
langsung, mereka telah membantu proses penyeberan Islam di tanah Jawa. Dari
Malaka, Islam kemudian tersebar hingga Jawa, Kalimantan Barat, Brunei, Sulu dan
Mindanau (Filipina Selatan). Dalam masa kejayaannya, Malaka mempunyai kontrol
atas daerah-daerah berikut:
1.
Semenanjung
Tanah Melayu (Patani, Ligor, Kelantan, Trenggano, dan sebagainya).
2.
Daerah
Kepulauan Riau.
3.
Pesisir
Timur Sumatra bagian tengah.
4.
Brunai
dan Serawak.
5.
Tanjungpura (Kalimantan Barat).
Sedangkan daerah yang diperoleh
dari Majapahit secara diplomasi adalah sebagai berikut.
1.
Indragiri.
2.
Palembang.
3.
Pulau
Jemaja, Tambelan, Siantan, dan Bunguran.
2.5
Masa Kemunduran Kerajaan Malaka
Malaka
runtuh akibat serangan Portugis pada 24 Agustus 1511, yang dipimpin oleh
Alfonso de Albuquerque. Sejak saat itu, para keluarga kerajaan menyingkir ke
negeri lain. Raja/Sultan yang memerintah di Malaka adalah sebagai berikut:
1.
Permaisura
yang bergelar Muhammad Iskandar Syah (1380—1424)
2.
Sri
Maharaja (1424—1444)
3.
Sri
Prameswara Dewa Syah (1444—1445)
4.
Sultan
Muzaffar Syah (1445—1459)
5.
Sultan
Mansur Syah (1459—1477)
6.
Sultan
Alauddin Riayat Syah (1477—1488)
7.
Sultan
Mahmud Syah (1488—1551)
Setelah
Parameswara masuk Islam, ia mengubah namanya menjadi Muhammad Iskandar Syah
pada tahun 1406, dan menjadi Sultan Malaka I. Kemudian, ia kawin dengan putri
Sultan Zainal Abidin dari Pasai. Posisi Malaka yang sangat strategis
menyebabkannya cepat berkembang dan menjadi pelabuhan yang ramai. Akhir
kesultanan Malaka terjadi ketika wilayah ini direbut oleh Portugis yang
dipimpin oleh Alfonso d’albuquerque pada tahun 1511. Saat itu, yang berkuasa di
Malaka adalah Sultan Mahmud Syah.
Usia Malaka ternyata cukup
pendek, hanya satu setengah abad. Sebenarnya, pada tahun 1512, Sultan Mahmud
Syah yang dibantu Dipati Unus menyerang Malaka, namun gagal merebut kembali
wilayah ini dari Portugis.
2.6
Peninggalan Kerajaan Malaka
1.
Masjid
Agung Deli
2.
Masjid
Raya Baitulrahman Aceh.
3.
Masjid
Johor Baru.
4.
Benteng
A'Farmosa, yang merupakan bukti penaklukkan Malaka oleh pasukan
5.
Portugis.
6.
Mata
uang, yang merupakan peninggalan dari akhir abad ke-15.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesultanan
Malaka (1402-1511) adalah sebuah kesultanan yang didirikan oleh Parameswara,
seorang putra Melayu berketurunan Sriwijaya. Parameswara merupakan turunan
ketiga dari Sri Maharaja Sang Utama Parameswara Batara Sri Tri Buana (Sang Nila
Utama), seorang penerus raja Sriwijaya. Sang Nila Utama mendirikan Singapura
lama dan berkuasa selama 48 tahun. Kekuasaannya dilanjutkan oleh putranya
Paduka Sri Pekerma Wira Diraja (1372-1386) yang kemudian diteruskan oleh
cucunya, paduka Seri Rana Wira Kerma (1386-1399). Daerah Selat Malaka sampai kapanpun tetap
menjadi pusat perhatian bangsa-bangsa dan negara baik secara regional maupun Internasinal.
Bagi
Indonesia sendiri Selat Malaka merupakan pintu gerbang yang mempunyai nilai-nilai
stratiges yang tinggi. Dan dengan masuknya bangsa-bangsa Barat pada akhir abad
ke-15 dan awal abad ke-16, Selat Malaka memiliki kedudukan sebagai selat Internasional.
3.2 Saran
Dari keberadaanya
Kerajaan Pajang di nusantara pada masa yang lalu. Maka kita wajib
mensyukurinya. Rasa syukur tersebut dapat di wujudkan dalam sikap dan perilaku
dengan hati yang tulus serta di dorong rasa tanggung jawab yang tinggi untuk
melestarikan dan memelihara budaya nenek moyang kita. Jika kita ikut
berpartisipasi dalam menjamin kelestariannya berarti kita ikut mengangkat
derajat dan jati diri bangsa. Oleh karena itu marilah kita bersama – sama
menjaga dan memelihara peninggalan budaya bangsa yang menjadi kebanggaan kita
semua
DAFTAR PUSTAKA
Untuk kalian yang ingin mendowload versi doc (document) bisa langsung klik dokumen dibawah ini :
Makalah Kerajaan Malaka by harvey putra on Scribd
0 Response to "Makalah Kerajaan Malaka Terlengkap & Terbaru ( Free Download Document )"
Post a Comment