Makalah Kerajaan Singasari Terlengkap & Terbaru
Makalah Kerajaan Singasari Terlengkap & Terbaru ( Free Download Document ) |
MAKALAH SEJARAH INDONESIA
“ KERAJAAN SINGASARI”
Disusun Oleh :
Harvey Pratama Putra (22)
Kelas :
XI RPL 3
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TEKNOLOGI
INFORMASI (SMK TI)
BALI GLOBAL DENPASAR
2018 / 2019
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis
panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Adapun judul makalah yang
penulis ajukan adalah “KERAJAAN
SINGASARI”
Penulisan makalah ini dimaksudkan
untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia. Dalam
mempersiapkan, menyusun, dan menyelesaikan makalah ini, penulis tidak lepas dari berbagai
kesulitan dan hambatan yang dihadapi.
Penulis menyadari bahwa di dalam
makalah ini masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan, untuk itu penulis
mengharapkan saran, kritik, serta masukannya yang bersifat membangun tentunya
demi perbaikan dan pengembangan di dalam menyusun makalah di masa mendatang.
Denpasar, Juli 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI
..........................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang............................................................................ 1
1.2 Rumusan
masalah....................................................................... 1
1.3 Tujuan......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Bedirinya Kerajaan
Singasari ……................................ 2
2.2 Sistem Pemerintahan Kerajaan
Singasari.................................... 6
2.3 Raja – Raja Kerajaan Singasari ................................................
8
2.4 Kondisi Sosial, Ekonomi, Budaya
dan Politik............................
10
2.5 Masa Kejayaan Kerajaan Singasari............................................. 11
2.6 Masa Kemunduran dan Keruntuhan
Kerajaan Singasari............. 12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................. 13
3.2 Saran........................................................................................... 13
DAFTAR PUSAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kerajaan
Singasari adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok
(Sri Rajasa) pada tahun 1222. Lokasi kerajaan ini sekarang diperkirakan di
daerah Singasari, Malang. Kerajaan Singasari (1222-1293) adalah salah satu
kerajaan besar di Nusantara yang bercorak Hindu-Budha. Awal mulanya Kerajaan
Singasari berawal dari daerah Tumapel yang berada di bawah payung kekuasaan
Kerajaan Kadiri. Tumapel merupakan negara bagian dari Kerajaan Kadiri. Wilayah
Tumapel pada saat itu dikuasai oleh seorang Akuwu (bupati) yang bernama Tunggul
Ametung.
Berkat
jasa dan bantuan pendeta Lohgawe, Ken Arok menghambakan dirinya kepada sang
Akuwu Tumapel Tunggul Ametung. Namun, nantinya Ken Arok tertarik dengan istri
Tunggul Ametung yang bernama Ken Dedes. Maka dibunuhlah Tunggul Ametung.
Kemudian Ken Dedes dipersunting sebagai istrinya. Pada waktu itu, Ken Dedes
sedang mengandung anak dari Tunggul Ametung yang masih berumur tiga bulan.
Ken Arok
merebut Tumapel, salah satu wilayah Kerajaan Kadiri yang dipimpin Tunggul
Ametung, pada tahun 1222. Pada saat Ken Dedes dikawini oleh Ken Arok ia
memiliki seorang anak bernama Anusapati yang nantinya membunuh Ken Arok sebagai
bentuk balas dendam atas tindak pembuhunan yang pernah ia lakukan terhadap
ayahnya (Tunggul Ametung). Anusapati nantinya menjadi raja kedua dari Kerajaan
Singasari pada tahun (1227-1248). Kerajaan Singasari mencapai puncak kejayaan
ketika dipimpin oleh Raja Kertanagara (1268-1292) yang bergelar Maharajadhiraja
Kertanagara Wikrama Dharmottunggadewa.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimana
sejarah berdirinya Kerajaan Singasari/Tumapel?
1.2.2
Bagaimana
Sistem Pemerintahan Kerajaan Singsari ?
1.2.3
Siapa
sajakah raja-raja yang sempat menduduki tahta Kerajaan Singasari?
1.2.4
Bagaimana
kondisi sosial masyarakat, ekonomi, budaya dan politik Kerajaan Singasari?
1.2.5
Bagaimana
masa kejayaan Kerajaan Singasari?
1.2.6
Bagaimana masa kemunduran Kerajaan Singasari?
1.3
Tujuan
1.3.1
Untuk
mengetahui sejarah berdirinya Kerajaan Singasari/Tumapel.
1.3.2
Untuk
mengetahui raja-raja yang sempat menduduki tahta Kerajaan Singsari.
1.3.3
Untuk
mengetahui masa kejayaan Kerajaan Singasari.
1.3.4
Untuk
mengetahui kondisi sosial, ekonomi, budaya dan politik Kerajaan Singasari.
1.3.5
Untuk mengetahui masa kejayaan dan kemunduran
Kerajaan Singasari.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah
Bedirinya Kerajaan Singasari
Sebelumnya Kerajaan Singasari
dikenal dengan Kerajaan Tumapel. Tumapel bisa dianggap negara bagian/bawahan
Kerajaan Kadiri dibawah pemerintahan Akuwu (Bupati) Tunggul Ametung. Berkat
jasa dan bantuan pendeta Lohgawe, Ken Arok menghambakan dirinya kepada sang
Akuwu Tumapel Tunggul Ametung, Ken Arok pun menjadi pengawal kepercayaannya.
Namun, Ken Arok pun tertarik kepada Ken Dedes istri Tunggul Ametung, ia pun
berniat menyingkirkan Ametung. Akhirnya, Ken Arok membunuhnya dengan keris yang
dibuat oleh Empu Gandring. Setelah berhasil membunuhnya, ia merebut dan
menikahi Ken Dedes serta mengangkatnya sebagai permaisurinya. Pada waktu itu Ken
Dedes sedang mengandung anak Tunggul Ametung yang berumur tiga bulan.
Selanjutnya Ken Arok ingin
membebaskan Tumapel dari jerat Kerajaan Kadiri yang dipimpin oleh Kertajaya.
Pada masa itu Tumapel merupakan sebuah daerah keakuwuan (kadipaten) yang masuk
wilayah kekuasaan Kerajaan Kadiri. Pada saat itu Kadiri dipimpin oleh Kertajaya
atau Dandang Gendis. Ken Arok (Angrok) menunggu momentum yang tempat untuk
memberontak dan melepaskan diri dari cengkraman Kertajaya. Keinginannya pun
terwujud, ketika kaum Brahmana Kadiri meminta perlindungan kepada Ken Arok dari
tindakan-tindakan Kertajaya yang melanggar adat. Para pendeta tidak mau tunduk
terhadapnya dan hijrah ke Tumapel dengan menghambakan diri kepada Ken Arok.
Momentum ini, ia gunakan untuk menggulingkan Kertajaya dari tampuk kekuasaan
Dengan restu pendeta, ia melancarkan serangan pada tahun 1222 M/1144 (Tahun
Saka) kepada raja Kertajaya. Akhirnya Kertajaya gugur di medan perang yang
terjadi di desa Ganter.
Kerajaan Kadiri pun runtuh
digantikan oleh Kerajaan Singasari yang dipelopori oleh Ken Arok. Dan seluruh
wilayah bekas kekuasan Dandang Gendis ia persatukan dalam otoritas
kekuasaannya. Kerajaan Singasari (1222-1293) adalah salah satu kerajaan besar
di Nusantara yang bercorak Hindu-Budha. Pada perkembangannya, daerah kekuasaan
Singasari nantinnya meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, Palembang, Jambi, Pahang,
Tumasik, Bangka, Tanjung Pura, Bantayan dan Seram.
Dengan
kemenangannya dalam perang atas Kertajaya, ia menyatakan dirinya sebagai raja
Singasari dengan gelar Sri Rajasa Bhattara Sang Amurwabhuni. Ken Arok sebagai
pendiri Singasari ditegaskan dalam Prasasti Mula Malurung yang berangka tahun
1255, tetapi di dalamnya Ken Arok disebut dengan nama Siwa. Raja Ken Arok
memiliki permaisuri Ken Dedes dan selir Ken Umang. Dalam kitab Nagarakretagama,
Ken Arok bergelarkan Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra. Sedangkan dalam kitab
Pararaton, Ken Arok menyandang gelar Sri Rajasa Bhattara Sang Amurwabhuni.
Ken Arok sebagai raja yang
bergelar Sang Amurwabuni, Ken Arok memiliki sifat bhairawa anoraga, dalam
artian perkasa secara fisik dan lemah lembut secara spiritual, serta selalu
membumi (bhumi sparsa mudra). Dengan pengertian lain, kepemimpinan Ken Arok
tetap berorientasi pada kerakyatan yang setia pada janji, berwatak tabah,
kokoh, toleran dan senantiasa bersifat sosial. Salah satu aktualisasi sifat
kesetiaan dan balas budi Ken Arok, dinyatakan pada pengangkatan Dang Hyang
Lohgawe sebagai pendeta istana yang telah berjasa terhadapnya. Serta memberikan
hak-hak prerogatif kepada Bango Samparan, anak-anak pandai besi di Lulumbang
dan anak Mpu Gandring.
Berdasarkan dalam kitab
Pararaton, Ken Arok tewas pada hari Kamis Pon, Minggu Landhep, tahun Saka
1170/1247 (Pararaton) atau 1227 (Negarakretagama) di tangan seorang berpangkat
pengalasan dari Desa Batil suruhan Anusapati (putra Tunggul Ametung dan Ken
Dedes). Ken Arok hanya memerintah selama lima tahun (1222-1227) dan ia
didharmakan di Kagenengan dalam bangunan suci agama Siwa dan Budha. Sesudah Ken
Arok meninggal melalui keris buatan Mpu Gandring, Anusapati menjadi raja
Singasari bergelar Bhantara Anusapati.
2.2 Sistem
Pemerintahan Kerajaan Singasari
Ada dua versi yang menyebutkan
silsilah kerajaan Singasari alias Tumapel ini. Versi pertama adalah versi Pararaton yang informasinya didapat dari
Prasasti Kudadu. Pararaton menyebutkan Ken Arok adalah pendiri Kerajaan
Singasari yang digantikan oleh Anusapati (1247–1249 M). Anusapati diganti oleh
Tohjaya (1249–1250 M), yang diteruskan oleh Ranggawuni alias Wisnuwardhana
(1250–1272 M). Terakhir adalah Kertanegara yang memerintah sejak 1272 hingga
1292 M. Sementara pada versi
Negarakretagama, raja pertama Kerajaan Singasari adalah Rangga Rajasa Sang
Girinathapura (1222–1227 M). Selanjutnya adalah Anusapati, yang dilanjutkan
Wisnuwardhana (1248–1254 M). Terakhir adalah Kertanagara (1254–1292 M). Data
ini didapat dari prasasti Mula Malurung.
2.3 Raja
– Raja Kerajaan Singasari
Kerajaan Singasari merupakan
kerajaan yang bercorak Budha dengan usianya yang tak lebih dari 1 abad (100
tahun). Kerajaan Singasari hanya melahirkan lima orang raja, yakni:
a. Ken
Arok/Angkrok (1222-1227)
Ken Arok (Angkrok) ini merupakan
pendiri Kerajaan Singasari dan Raja pertama. Ia telah berhasil menggulingkan
Kertajaya raja terakhir dari Kerajaan Kadiri. Ia mengambil alih kekuasaan dan
menyatukan wilayah Kadiri sisa dari kekuasaan Kertajaya. Asal usul Ken Arok
menurut Pararaton menyebutkan ia anak dewa Brahma yang dilahirkan oleh seorang
wanita petani dari desa Pangkur, di daerah sebelah timur Gunung Kawi. Akan tetapi,
mengingat fungsi kedudukan raja dalam masyarakat Indonesia kuno dan juga
keadaan serta susunan masyarakat dengan sistem-sistem kepercayaannya, tentulah
Ken Arok anak seorang penguasa atau Sang Amawabhumi walaupun ibunya seorang
wanita desa.
Dalam serat pararaton Ken Arok,
sebelum menjadi raja berkedudukan sebagai seorang akuwu di Tumapel pengganti
Tunggul Ametung. Hal itu, berkat bantuan pendeta Lohgawe agar Tunggul Ametung
mengizinkannya sebagai seorang pengabdi terhadapnya. Namun, pada akhirnya Ken Arok
tertarik pada istri Tunggul Ametung yaitu Ken Dedes, sehingga ia membunuhnya
dengan menikamkan keris buatan Mpu Gandring. Dan ia pulalah pada nantinya yang
menggulingkan Dandang Gendis (Kertajaya) raja terakhir dari Kerajaan Kadiri.
Kemudian, Ken Arok mendirikan Kerajaan Singasari. Dalam kitab Nagarakretagama
Ken Arok selaku raja bergelar Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra. Sedangkan
dalam kitab Pararaton, Ken Arok menyandang gelar Sri Rajasa Bhattara Sang
Amurwabhuni.
Ken Arok memiliki sifat bhairawa
anoraga, dalam artian perkasa secara fisik dan lemah lembut secara spiritual,
serta selalu membumi (bhumi sparsa mudra). Dengan pengertian lain, kepemimpinan
Ken Arok tetap berorientasi pada kerakyatan yang setia pada janji, berwatak
tabah, kokoh, toleran dan senantiasa bersifat sosial. Berdasarkan dalam kitab
Pararaton, Ken Arok tewas pada hari Kamis Pon, Minggu Landhep, tahun Saka
1170/1247 (Pararaton) atau 1227 (Negarakretagama) di tangan seorang berpangkat
pengalasan dari Desa Batil suruhan Anusapati (putra Tunggul Ametung dan Ken
Dedes). Ken Arok hanya memerintah selama lima tahun (1222-1227) dan ia
didharmakan di Kagenengan dalam bangunan suci agama Siwa dan Budha. Sesudah Ken
Arok meninggal melalui keris buatan Mpu Gandring, Anusapati menjadi raja Singasari
bergelar Bhantara Anusapati.
b. Anusapati
(1227-1248)
Dari pararaton dapat diketahui
bahwa Anusapati bukanlah keturunan dari Ken Arok dengan Ken Dedes melainkan
keturunan dari Tunggul Ametung dengan Ken Dedes. Pada waktu Ken Dedes diambil
oleh Ken arok, Ken Dedes dalam kondisi hamil, berumur 3 bulan. Selang beberapa
bulan, lahirlah bayi tersebut yang diberi nama Anusapati. Setelah ia dewasa, ia
mendengar bahwa ia bukanlah anak dari Ken Arok dan ia mendengar tentang
kematian ayah kandungnya. Dan akhirnya Anusapati menuntut balas atas kematian
ayahnya dengan membunuh Ken Arok.
Setelah Ken Arok berhasil
dibunuhnya, Anusapati menggantikannya sebagai raja dari Kerajaan Singasari.
Lambat laun berita pembunuhan Anusapati atas Ken Arok terdengar oleh Panji
Tohjaya keturunan dari Ken Arok dan Ken Umang. Panji Tohjaya menuntut balas
atas kematian ayahnya, oleh sebab itu ia melakukan balas dendam terhadap
Anusapati dengan membunuhnya saat mereka melakukan sabung ayam. Kemudian,
kekuasaan jatuh ke tangan Panji Tohjaya. Anusapati didharmakan di Kidal, sebuah
daerah bertempat di sebelah barat kota Malang.
c. Apanji
Tohjaya (1248)
Dalam kitab Pararaton tertulis
bahwa sepeninggal Anusapati, yang menggantikan menjadi raja Tumapel/Singasari
adalah Panji Tohjaya. Panji Tohjaya melakukan balas dendam terhadap Anusapati
sebagai pembunuh ayahnya Ken Arok. Panji Tohjaya merupakan putra dari
perkawinan antara Ken Arok dengan Ken Umang. Berdasarkan garis keturunan
menurut Pararaton seharusnya yang menduduki tahta maha raja di Singasari/Tumapel
adalah Mahisa Wonga Teleng, anak sulung dari Ken Arok dan Ken Dedes.
Dalam kitab Pararaton dan
Negarakretagama menjelaskan bahwa pemerintahan Panji Tohjaya hanya beberapa
bulan saja menduduki tahta kekuasaan di Singasari. keambisiusannya yang keras
untuk menghilangkan keponakannya (Mapanji Sminingrat anak Anusapati dan Mahisa
Campaka anak Mahisa Wonga Teleng) membuat Panji Tohjaya membabi buta. Namun,
semua rakyat di sekitarnya tidak se-mufakat dengan rencana Panji. Pada akhirnya
oknum-oknum yang mendukung kedua pangeran tersebut melakukan suatu siasat untuk
menggulingkan Panji. Pada akhirnya, nanti Panji Tohjaya dapat digulingkan.
d. Ranggawuni
(1248-1254)
Pararaton menyebutkan bahwa
sepeninggal Panji Tohjaya, Ranggawuni dinobatkan menjadi raja dengan gelar
Wirnuwarddhana. Mahisa Campaka menjadi Ratu Angabhaya dengan gelar Batara
Narasinga. Nagarakertagama juga mencatat tentang naik tahtanya dua pangeran
tersebut, gelar mereka adalah Batara Wisnuwarddhana dan Batara
Narasinghamurtti. Pemerintahan dipegang oleh dua orang laksana Madhawa (Wisnu)
dan Indra, atau bagaikan dua ekor ular dalam satu lubang.
Masa pemerintahan Wisnuwarddhana
memang menarik perhatian. Dari zaman Rajasa hingga Tohjaya, Kerajaan Tumapel
dipegang oleh satu raja. Namun, ketika Wisnuwarddhana memerintah, ia memerintah
bersama-sama dengan Narasinghamurtti. Hal ini jelas dipahami apabila mengikuti
alur seperti yang telah disebut sebelumnya. Wisnuwarddhana (Ranggawuni) tidak
ingin memisah lagi kekuasaan Kadiri dan Tumapel seperti yang pernah dilakukan
oleh kakeknya, yaitu Sri Rajasa (Ken Arok). Oleh karena itu anak tertua pamanya
(Batara Parameswara), yaitu Nararya Waningyun yang kelak sebagai putri mahkota
Kerajaan Kadiri, ia ambil sebagai istri dan dijadikan permaisuri. Sementara pewaris
tahkta Kerajaan Kadiri kedua, yaitu Mahisa Campaka, adik Nararya Waningyun ia
jadikan Ratu Angbhaya di Tumapel bersama-sama memerintah dengannya. Dengan
demikian bersatu kembalilah Kadiri dan Tumapel.
e. Kertanagara
(1254-1292)
Kertanagara adalah raja terakhir
dari Kerajaan Singasari. Sepeninggal Ranggawuni (Wisnuwarddhana), pada tahun
1268 Kertanagara menggantikan ayahnya dan ia merupakan raja kelima. Sebenarnya,
sebelum ayahnya meninggal ia pernah menjadi yuwaraja yang didampingi oleh
ayahnya. Ia bergelar yang bergelar Maharajadhiraja Kertanagara Wikrama
Dharmottunggadewa. Ibunya bernama Waning Hyun yang bergelar Jayawardhani.
Waning Hyun adalah putri dari Mahisa Wonga Teleng.
Pada masa pemerintahan
Kertanagara, Kerajaan Singasari mengalami masa keemasan. Stabilitas yang
dibangun sejak pemerintahan masa Ranggawuni ayah Kertanagara semakin
dimapankannya. Dialah yang mempunyai gagasannya untuk menyatukan semua kerajaan
yang ada di wilayah Nusantara.
Ia adalah raja Singasari yang
sangat terkenal dalam bidang politik dan keagamaan. Dalam bidang keagamaan ia
sangat dikenal sebagai seorang penganut agama Siwa dan Budha. Agama Budha yang
dianutnya adalah agama Budha aliran Tantrayana. Dalam bidang perpolitikan ia
melakukan perluasaan wilayah kekuasaan dan pengaruhnya sampai ke luar jawa
dengan mengadakan relasi persahabatan terhadap negara-negara lain. Untuk
merealisasikan cita-citanya ini, ia melancarkan ekspedisi-ekspedisinya ke luar
Jawa. Pada tahun 1284 Kerajaan Singasari menaklukan Bali, rajanya pun ditawan
dan dibawa ke Singasari. Demikian pula, ia mengirimkan ekspedisi ke Melayu pada
tahun (1275), seluruh Bakulapura dan tidak luput pula Sunda dan Madura.
Ekspedisi ke luar Jawa, khususnya
ke Melayu dilakukan rangka menghadapi ekspansi Mongol yang dilancarkan oleh
Kubilai Khan ke Asia Tenggara. Kertanagara mengfokuskan perhatiannya terhadap
Ekspansi Mongol ke Asia Tenggara semakin masif. Namun, apa yang dikhawatirkan
oleh Kertanagara ternyata datang dari arah lain. Ia terlalu mengkonsentrasikan
perhatiannya pada serangan Mongol saja. Ia selalu melakukan upacara Tantra guna
mengimbangi kekuatan Mongol. Dalam kondisi seperti ini Jayakatwang menusuk dari
belakang.
Paparan di atas menegaskan bahwa
sosok Kertanagara merupakan sosok yang ekspansionis sekaligus raja yang
nasionalis. Ia tidak mau berada di bawah kekuasaan Mongol. Untuk merealisasikan
gagasan penyatuan Nusantara, ia mengganti penjabat-penjabat yang kolot dengan
yang baru seperti Patih Raganata diganti oleh Patih Aragani. Banyak wide
dijadikan sebagai Bupati di Sumenep (Madura), dengan gelar Aria Wiraraja.
Langkah-langkah yang dilakukan
oleh Kertanagara dalam mewujudkan gagasan penyatuan nusantara adalah sebagai
mana berikut]:
i.
Melaksanakan
ekspedisi ke Malayu (1275-1286) untuk menguasai Kerajaan Melayu serta
melemahkan posisi Sriwijaya di Selat Malaka.
ii.
Politik
perkawinan dan persahabatan. Dalam politik perkawinannya, Kertanagara
mengawinkan putrinya sendiri, Dewi Tapasi, dengan Raja Campa. Sebab, raja Campa
merupakan benteng pertama untuk membendung pengaruh Khubilai Khan. Sedangkan,
usaha politik persahabatan diawali dengan pengiriman sebuah Arca Amoghaapaca
oleh raja Kertanagara ke Raja Melayu untuk memperkokoh persahabatan dalam
menghadapi kemungkinan serangan tentara Khubilai Khan.
iii.
Menguasai
Bali pada tahun 1284 M.
iv.
Menguasai
Jawa Barat tahun 1289 M.
v.
Menguasai
daerah Pahang (Malaya) dan Tanjung Pura (Kalimantan). Tujuan mengusai daerah
tesebut adalah:
·
Menguasai
lalu lintas perdagangan dan pelayaran di Laut Cina Selatan.
·
Sebagai
daerah pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan Cina-Mongol, serta Mengepung
wilayah kekuasaan Sriwijaya.
Menurut kitab Pararaton dan
Nagarakretagama menyatakan bahwa Jayakatwang melakukan serangan pada tahun 1292
menyerang Singasari dari dua arah, yaitu dari arah utara dan selatan. Setibanya
pasukan Jayakatwang di istana Singasari, mereka mendapati raja Kertanagara
dengan patihnya sedang pesta mabuk-mabukkan. Pada saat itulah, pasukan
Jayakatwang dengan mudah membunuh raja Kertanagara.
2.4 Kondisi
Sosial, Ekonomi, Budaya dan Politik
Dalam kitab Pararaton dan
Negarakretagama bahwa kehidupan sosial masyarakat Singasari cukup baik
dikarenakan rakyat terbiasa hidup aman dan tentram sejak awal pemerintahan
Kerajaan Singasari. Bahkan dari raja sampai rakyatnya terbiasa dengan kehidupan
religius. Telah terbukti dengan berkembangnya ajaran baru yaitu Tantrayana
(Syiwa Budha) dengan kitabnya yang bernama Tantra.
Dalam
bidang ekonomi tidak ditemukan sumber secara jelas. Namun, kemungkinan
perekonomian masyarakat Singasari ditekankan pada pertanian dan perdagangan
karena Singasari merupakan daerah yang subur dan dilintasi dua sungai yaitu
Sungai Brantas dan Bengawan Solo sebagai sarana lalu lintas perdagangan.
Dalam bidang kebudayaan
masyarakat Singasari meninggalkan candi-candi dan patung-patung yang telah
dibangunnya, yakni Candi Kidal, Candi Jago, Candi Singasari, Patung Ken Dedes
melambangkan kesempurnaan ilmu dan Patung Kertanagara dalam wujud patung Joko
Dolog.
Dalam bidang perpolitikan, semasa
pemerintahan Ranggawuni, ia menyatukan wilayah Singasari dan Kadiri. Dan
Ranggawuni melaksanakan tiga kerja besar guna membangun kemakmuran dan
perdamaian di wilayah kekuasaannya. Ketiga kerja besar tersebut, yakni:
pertama, meresmikan pelabuhan Changgu (Majakerta). Kedua, memindahkan ibu kota
kerajaan dari Kotaraja ke Singasari. Ketiga, menumpas pemberontakan Linggapati
di Mahibit.
Tidak hanya Ranggawuni,
Kertanagara pun memiliki kontribusi yang besar dalam perpolitikan Kerajaan
Singasari. Dalam bidang politik ia melakukan perluasaan wilayah kekuasaan dan
pengaruhnya sampai ke luar Jawa dengan mengadakan hubungan persahabatan
terhadap negara-negara (kerajaan) lain. Untuk merealisasikan cita-citanya ini,
ia melancarkan ekspedisi-ekspedisinya ke luar Jawa. Berikut kebijakan politik
Kertanagara:
a.
Kebijakan dalam negeri:
·
Pergantian
pejabat kerajaan, bertujuan menggalang pemerintahan yang kompak.
·
Memelihara
keamanan dan melakukan politik perkawinan. Tujuannya untuk menciptakan
kerukunan dan politik yang stabil.
b.
Kebijakan luar negeri:
·
Yang
luar negeri menggalang persatuan Nusantara dengan mengutus ekspedisi tentara
Pamalayu ke kerajaan Malayu Jambi. Dan mengutus pasukan ke Sunda, Bali, Pahang.
·
Menggalang
kerja sama dengan kerajaan lain. Contohnya menjalin persekutuan dengan kerajaan
Campa.
2.5 Masa
Kejayaan Kerajaan Singasari
Sudah disindir di atas bahwa Ken
Arok memiliki dua istri, yaitu: Ken Dedes dan Ken Umang. Dari istri yang lain
yaitu Ken Umang, ia dianugerahi empat orang anak, masing-masing bernama: Panji
Tohjaya, Panji Sudhatu, Panji Wregola dan Dewi Rambi. Namun Ken Arok berhasil
dibunuh oleh suruhan Anusapati. Anusapati memerintah Kerajaan Singasari selama
kurang lebih dua puluh tahun (1227-1248).
Lambat laun pembunuh Ken Arok
diketahui oleh Panji Tohjaya, yaitu Anusapati. Ia pun akhirnya membalas
perbuatan Anusapati sebagai pembunuh ayahnya. Pada tahun 1248, Anusapati
dibunuh olehnya saat keduanya melakukan sabung ayam. Anusapati pun di dharmakan
di Kidal.
Belum
genap satu tahun memerintah di Singasari, kekuasaan Apanji Tohjaya dikudeta
oleh Ranggawuni (putra Anusapati) dan Mahisa Campaka (putra Mahisa Wong
Ateleng). Akibat kudeta itu, Apanji Tohjaya yang terkena tombak melarikan diri
sampai ke desa Lulumbang dan meninggal di sana pada tahun 1250.
Terusirnya Apanji Tohjaya, maka
Ranggawuni naik takhta sebagai raja Singasari yang bergelar Sri
Jayawisnuwarddhana Sang Mapanji Seminingrat Sri Sakala Kalana Kulama Dhurmadana
Kamaleksana. Sementara Mahisa Campaka yang turut berjuang bersama Ranggawuni
menjadi Ratu Angabhaya bergelar Narasinghamurtti.
Semasa pemerintahan Ranggawuni,
Singasari mulai menunjukkan masa kejayaan. Selain menyatukan wilayah Singasari
dan Kadiri, Ranggawuni melaksanakan tiga kerja besar guna membangun kemakmuran
dan perdamaian di wilayah kekuasaannya. Ketiga kerja besar tersebut, yakni:
pertama, meresmikan pelabuhan Changgu (majakerta). Kedua, memindahkan ibu kota
kerajaan dari kotaraja ke Singasari. Ketiga, menumpas pemberontakan Linggapati
di Mahibit. Selain raja Ranggawuni, Raja Kertanagara raja terakhir dari
kerajaan ini yang memiliki kontribusi yang besar dalam bidang politik. Ia
adalah raja Singasari yang sangat terkenal dalam bidang politik dan keagamaan.
Dalam bidang keagamaan ia sangat dikenal sebagai seorang penganut agama Siwa
dan Budha. Agama Budha yang dianutnya adalah agama Budha aliran Tantrayana.
Dalam bidang politik ia melakukan
perluasaan wilayah kekuasaan dan pengaruhnya sampai ke luar Jawa dengan
mengadakan hubungan persahabatan terhadap negara-negara lain. Untuk
merealisasikan cita-citanya ini, ia melancarkan ekspedisi-ekspedisinya ke luar
Jawa. Pada tahun 1284 Kerajaan Singasari menaklukan Bali, rajanya pun ditawan
dan dibawa ke Singasari. Demikian pula, ia mengirimkan ekspedisi ke Melayu pada
tahun (1275), seluruh Bakulapura dan tidak luput pula Sunda dan Madura Berikut
kebijakan politik Kertanagara dalam memperluas dan mengokohkan kekuasaanya baik
dalam maupun luar wilayah kerajaan (negeri).
1)
Kebijakan dalam negeri:
·
Pergantian
pejabat kerajaan, bertujuan menggalang pemerintahan yang kompak. Ia mengganti
para pejabat yang kolot dengan yang baru, seperti Patih Raganata diganti oleh
Pati Aragani.
·
Memelihara
keamanan dan melakukan politik perkawinan. Tujuannya untuk menciptakan
kerukunan dan politik yang stabil. Dalam politik perkawinan Kertanegara
mengawinkan putrinya sendiri, Dewi Tapasi, dengan Raja Campa.
2)
Kebijakan luar negeri:
·
Yang
luar negeri menggalang persatuan nusantara dengan mengutus ekspedisi tentara
Pamalayu ke kerajaan Malayu Jambi. Dan mengutus pasukan ke Sunda, Bali, Pahang.
·
Menggalang
kerja sama dengan kerajaan lain. Contohnya menjalin persekutuan dengan kerajaan
Campa.
Ekspedisi ke luar Jawa, khususnya
ke Melayu dilakukan rangka menghadapi ekspansi Mongol yang dilancarkan oleh
Kubhilai Khan ke Asia Tenggara. Sebagaimana maklumnya kerajaan Melayu menguasai
jalannya perdagangan di selat Malaka dan Melayu saat itu telah dipengaruhi
Mongol.
Ekspansi Mongol ke Asia Tenggara
semakin masif. Pada tahun 1280, 1281, 1286 dan yang terakhir 1289 Kubhilai Khan
mengutus utusannya ke Singasari agar Kertanagara tunduk terhadapnya. Namun,
Kertanagara melukai utusan dari Kubhilai Khan dan menyuruhnya kembali ke
negerinya. Utusan terakhir yang dipimpin oleh Meng Ch’i ditolak oleh
Kertanagara sehingga Kubhilai Khan sangat marah. Dan mengutus armada Mongol
untuk menghukum Raja Singasari Kertanagara. Armada tersebut sampai di Jawa
1923, tetapi Kertanagara sudah wafat pada tahun1292 dibunuh oleh Jayakatwang.
Sejak saat itu, Kerajaan Singasari mengalami keruntuhan.
2.6 Masa
Kemunduran dan Keruntuhan Kerajaan Singasari
Kertanagara dan kerajaan Melayu
menjalin hubungan yang sangat dekat. Sebenarnya ekspedisi ke luar Jawa
khususnya ke Melayu adalah bagian dari politik raja Kertanagara untuk
menghadapi ekspansi Mongol yang sedang dilancarkan oleh Kubhilai Khan ke Asia
Tenggara. Seperti yang kita ketahui kerajaan Melayu pada masa itu telah
menguasai jalan perdagangan di selat Malaka. Namun, pada waktu itu juga
kerajaan Melayu telah dipengaruhi oleh kerajaan Mongol. Oleh karena itu,
ekspedisi Singasari ke Melayu merupakan perjanjian persahabatan guna membentuk
benteng pertahanan dalam menghadapi ekspansi Mongol.
Pengaruh Mongol tidak bisa
dibendung lagi ke wilayah Asia Tenggara. Oleh karena itu, pada tahun 1281
menyerbu Campa, dan pada tahun 1287 Pagan jatuh ke tangan Mongol. Bahkan
Kubhilai Khan mengutus perutusannya ke Singasari 1280, 1281, dan 1289 untuk
meminta pengakuan tunduk dari raja Kertanagara. Namun, Kertanagara menolak
utusan Kubhilai Khan yang dipimpin oleh Meng Ch’i dengan melukainya. Setelah
mengetahui apa yang diperbuat Kertanagara terhadap utusannya, Kubhilai Khan
sangat marah terhadap Kertanagara, sehingga ia mengutus pasukan Mongol pada
1293 guna menghukum Kertanagara. Namun, setibanya di Jawa Raja Kertanagara
telah mati pada tahun 1292 di tangan Jayakatwang.
Pada tahun 1292 dalam Kerajaan
Singasari terjadi perubahan politik. Raja jayakatwang melakukan pemberontakan
terhadap Kertanagara. Ia adala raja Kadiri yang merupakan wilayah bagian dari
Kerajaan Singasari. Ditegaskan dalam kidung Harsa-Wijaya disebutkan bahwa raja
Jayakatwang sebagai abdi yang taat kepada atasannya (Kertanagara). Akan tetapi
ia dihasut oleh patihnya. Patihnya mengatakan bahwa dahulu buyutnya Kertajaya
dibunuh oleh buyut raja Kertanagara (Ken Arok). Oleh sang patih ditunjukkan
dharma seorang kesatria yang harus menghapuskan aib yang diderita oleh
moyangnya. Itulah yang membuat Jayakatwang memberontak terhadap Kertanagara.
Dalam
makalah sejarah Sumenep, dijelaskan bahwa Jayakatwang membunuh Kertanagara
dikarenakan Aria Wiraraja menghasut dan mempengaruhi Jayakatwang agar membuat
perhitungan terhadap Kertanagara. Aria Wiraraja melakukan hal tersebut
dikarenakan ia tidak puas dengan kebijakan Kertanagara yang memindahkan
Wiraraja ke Sumenep sebagai adipadi. Dan Aria Wiraraja pernah mempunyai
pendapat yang berbeda dengan Kertanagara sehingga menyebabkan dirinya tidak
disukai olehnya.
Aria Wiraraja mengetahui bahwa
Jayakatwang menaruh dendam kepada Kertanagara, sebab Kertajaya (Dandang Gendis)
nenek moyangnya dikalahkan oleh Ken Arok yang notabenenya nenek moyang
Kertanagara. Hal ini merupakan momentum tepat bagi Aria Wiraraja
mempengaruhinya, ia pun mengirimkan surat provokasi lewat perantara anaknya
Wiranjaya kepada Jayakatwang. Dengan surat itu, Jayakatwang menghimpun kekuatan
untuk menyerang Kertanagara (Singasari). Jayakatwang mengirimkan bala
tentaranya ke Singasari saat pasukan Kertanagara melakukan ekspansi ke luar
Jawa. Akhirnya Kertanagara dan Kerajaan Singasari dapat dikalahkan olehnya.
Seperti
yang disebutkan dalam kitab Pararaton dan Nagarakretagama bahwa Jayakatwang
melakukan serangan pada tahun 1292 menyerang Singasari dari dua arah, yaitu
dari arah utara dan selatan. Setibanya pasukan Jayakatwang di Istana Singasari,
mereka mendapati raja Kertanagara dengan patihnya sedang pesta mabuk-mabukkan.
Pada saat itulah, pasukan Jayakatwang dengan mudah membunuh raja Kertanagara.
Sejak saat itulah kekuasaan Kertanagara jatuh ke tangan Jayakatwang, dan
menjadi tanda berakhirnya Kerajaan Singasari.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi perjalanan kerajaan
Singasari bisa dikatakan berlangsung singkat. Hal ini terkait dengan adanya
sengketa yang terjadi dilingkup istana kerajaan yang kental dengan nuansa
perebutan kekuasaan. Pada saat itu Kerajaan Singasari sibuk mengirimkan
angkatan perangnya ke luar Jawa. Akhirnya Kerajaan Singasari mengalami keropos
di bagian dalam. Pada tahun 1292 terjadi pemberontakan Jayakatwang bupati
Gelang-Gelang, yang merupakan sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan dari
Kertanegara sendiri. Dalam serangan itu Kertanegara mati terbunuh. Setelah runtuhnya
Singasari, Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru di Kediri.
Riwayat Kerajaan Tumapel-Singasari pun berakhir.
Kertanagara adalah raja terakhir
dan raja terbesar dalam sejarah Singhasari (1268 – 1292). Ia adalah raja
pertama yang mengalihkan wawasannya ke luar Jawa. Kerajaan ini akhirnya
dianggap telah ditundukkan, dengan dikirimkannya bukti arca Amoghapasa yang
dari Kertanagara, sebagai tanda persahabatan kedua negara. Kerajaan Singhasari
yang sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke luar Jawa akhirnya mengalami
keropos di bagian dalam. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singhasari pun berakhir.
Kerajaan Singasari dibangun oleh Ken Arok setelah runtuhnya kerajaan Kediri.
3.2 Saran
Dari keberadaanya Kerajaan
Singasari di wilayah kita pada masa yang lalu. Maka kita wajib mensyukurinya.
Rasa syukur tersebut dapat di wujudkan dalam sikap dan perilaku dengan hati
yang tulus serta di dorong rasa tanggung jawab yang tinggi untuk melestarikan
dan memelihara budaya nenek moyang kita. Jika kita ikut berpartisipasi dalam
menjamin kelestariannya berarti kita ikut mengangkat derajat dan jati diri
bangsa. Oleh karena itu marilah kita bersama – sama menjaga dan memelihara
peninggalan budaya bangsa yang menjadi kebanggaan kita semua
DAFTAR PUSTAKA
o Poesponegoro & Notosusanto (ed.). 1990.
Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka
o Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa.
Yogyakarta: Media Ilmu
o R.M. Mangkudimedja. 1979. Serat Pararaton
Jilid 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku
Sastra Indonesia dan Daerah
o Slamet Muljana. 2005. Menuju Puncak
Kemegahan (terbitan ulang 1965). Yogyakarta: LKIS
o Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan
Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara Syukur, Abdul, Ensiklopedi Umum untuk
Pelajar , Jilid 9, Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 2005. Halaman 110.
o Bullough, Nigel (14 Juli 1995). Historic
East Java: Remains in Stone. Jakarta: ADLine Communications. hlm. 116–117.
o Kitab Negarakartagama Kitab Kidung (Kidung
Harsa Wijaya & Serat Arok)
o Sejarah Nasional Indonesia. Kurikulum 1994
suplemen GBPP 1999.
Untuk kalian yang ingin mendowload versi doc (document) bisa langsung klik dokumen dibawah ini :
Makalah Kerajaan Singasari by harvey putra on Scribd
0 Response to "Makalah Kerajaan Singasari Terlengkap & Terbaru ( Free Download Document )"
Post a Comment